A L

ardhi.lizet@yahoo.com @ardhi_lizet ardhi.lizet@gmail.com

Rabu, 15 Juli 2015

AL-MUHKAM AL-MUTASYABIH



AL-MUHKAM AL-MUTASYABIH

1.         PENGERTIAN
a.          Al-Muhkam
Muhkam berasal dari kata Ihkam yang bearti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara terminologi muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain.
Contoh surat Al- Baqarah ayat 83 :
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لا تَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلا قَلِيلا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُون

 “Dan ketika kami mengambil janji dari anak-anak Israel : tidak akan menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikan kepada Ibu, Bapak dan kerabat dekat dan anak-anak-piatu dan orang- oarng miskin, dan ucapkanlah kata yang baik kepada manusia, dan kerjakanlah sembahyang dan bayarlah zakat, kemudian itu kamu berpaling kecuali sebagian kecil dari padamu dan kamu tidak mengambil perduli

b.      Al-Mutasyabih
Kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal. Tasyahabad Isttabaha berarti dua hal yang masing-masing menyerupai yang lainnya. Sedangkan secara terminology Al Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelasmaksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau Allah yang mengetahuinya. Contoh surat Thoha ayat 5 :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
 “( Allah ) yang maha pemurah, yang bersemayam diatas ‘Arasy”.

Secara istilah, para Ulama berbeda pendapat dalam merumuskanMuhkam dan Mutasyabih. Al- Suyuti telah mengemukakan 18 definisi atau tempat yang diberikan Ulama. Al-Zarqani mengemukakan 11 definisi yang sebagian dikuip dari Al-Suyuti.

Diantara defenisi yang dikemukakan Al-Zarqani adalah :
1.       Pendapat al-Alusi kepada pemimpin-pemimpin mazhab Hanafi.
Ø    Muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinan nasakh.
Ø    Mutasyabih ialah ayat yang tersembunyi ( maknanya ), tidak diketahui maknanya baik secara aqli maupun naqli, dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah yang mengetauhinya , seperti datangnya kiamat , huruf-huruf yang terputus di awal-awal surat.
2.       Pendapat dinisbahkan kepada ahli sunah sebagai pendapat yang terpilih  dikalangan mereka.
Ø  Muhkam ialah ayat yang diketahui maksudnya, baik secara nyata maupun takwil.
Ø  Mutasyabih ialah ayat yang hanya Allah lah yang mengetahui maksudnya, seperti datangnya hari kiamat, kelurnya Dajjal, huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal surat.
3.       Pendapat dinisbahkan kepada Ibnu Abbas dan kebanyakan ahli fikih mengikutinya.
Ø  Muhkam ialah ayat yang tidak mengandung kecuali satu kemungkinan makna Takwil.
Ø  Mutasyabih ialah ayat yang mengandung banyak Takwil.
4.       Pendapat ini diceritakan dari Imam Ahmad ra.
Ø  Muhkam ialah ayat yang tidak berdiri sendiri dan tidak memerlukan keterangan.
Ø  Mutasyabih ialah ayat yang tidak berdiri sendiri tetapi memerlukan keterangan.
5.       Pendapat ini dinisbahkan kepada Imam Al-Haramain.
Ø  Muhkam ialah ayat yang seksama susunan dan urutannya.
Ø  Mutasyabih ialah ayat yang seharusnya tidak terjangkau dari segi bahasa kecuali bila ada bersamanya indikasi / melalui konteksi.
6.      Pendapat Al-Thibi.
Ø  Muhkam ialah ayat yang jelas maknya dan tidak masuk kepadanya isykal ( kepelikan ).
Ø  Mutasyabih ialah lawannya.

7.       Pendapat dinisbahkan kepada Imam Al-Razi dan banyak peneliti yang memilih
Ø  Muhkam  ialah ayat yang ditujukan makna kuat, yaitu lafal Al-Qur’an nas dan lafal zahir sunah.
Ø  Mutasyabih ialah ayat yang ditunjukkan maknanya tidak kuat yaitu lafal mujmal, muawwal, dan musykil.[2]

Muhkam dan Mutasyabih terjadi banyak perbedaan pendapat. Yang terpenting di antaranya sebagai berikut :
1.    Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanya Allah-lah yang mengetahui akan maksudnya.
2.    Muhkam adalah ayat yang dapat diketahui secara langsung, sedangkan mutashabih baru dapat diketahui dengan memerlukan penjelasan ayat-ayat lain.
Para ulama memberikan contoh ayat-ayat Muhkam dalam al-Qur’an dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum. Seperti halal dan haram, kewajiban dan larangan, janji dan ancaman. Sementara ayat-ayat Mutasyabih, mereka mencontohkan dengan nama-nama Allah dan sifat-Nya, seperti:
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْض (البقرة:255 ))
“Kursi-Nya meliputi langit dan bumi”.
اَلرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (طه: 5))
“Yang Maha Pengasih, yang bersemanyam di atas ‘Arsy”.
تَجْرِى بِأَعْيُنِنَا جَزَاءًا لِمَنْ كَانَ كُفِرَ (القمر: 14))
“(bahteranya nabi Nuh as) berlayar dengan pantauan mata Kami. (seperti itulah musibah yang Kami turunkan) sebagai balasan bagi orang yang ingkar”.
 إِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ إِنَّمَايُبَايِعُوْنَ الله, يَدُ اللهِ فَوْقَ أَيْدِيْهِمْ (الفتح: 10))
“Sesungguhnya orang-orang yang membai’at-mu ya Rasul, mereka-lah yang berikrar menerima (bahwa Tuhan mereka) adalah Allah. Tangan Allah diatas tangan-tangan mereka”. وَلاَتَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ كُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ (القصص: 88)
“Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa kecuali (wajah) Allah”.
Muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri sendiri tanpa ditakwilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak musykil, karena pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh. Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafal-Al-Quran yang artinya samar, sehingga tidak dapat dijangkau oleh akal manusia karena bisa ditakwilkan macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu amalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah SWT.[3]

B. SIKAP ULAMA TERHADAP AYAT-AYAT MUTASYABIH DAN AYAT-  AYAT MUHKAM
Menurut Al-Zarqani, ayat-ayat Mutasyabih dapat dibagi 3 ( tiga ) macam :
1. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat mengetahui maksudnya, seperti pengetahuan tentang zat Allah dan hari kiamat, hal-hal gaib, hakikat dan sifat-sifat zat Allah. Sebagian mana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 59 :
Artinya : “dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang
mengetahui kecuali Dia sendiri.
2. Ayat-ayat yang setiap orang bias mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengkajian, seperti ayat-ayat : Hutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas, panjang, urutannya,dan seumpamanya.    
Contoh surat An-Nisa’ ayat 3 :
Artinya : “dan jika kamu takut tidak adakn dapat berlaku adil terhadap ( hak-hak ) perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita”.
3. Ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para Ulama tertentu dan bukan semua Ulama. Maksud yang demikian adalah makna-makna yang tinggi yang memenuhi hati seseorang yang jernih jiwanya dan mujahid. Sebagai mana diisyaratkan oleh Nabi dengan do’anya bagi Ibnu Abbas :
Artinya :“ Ya Tuhanku, jadikanlah seseorang yang paham dalam agama,dan ajarkanlah kepada takwil”.[4]
Mengenal ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah, pendapat Ulama terbagi kepada dua mazhab :[5]
1.      Mazhab Salaf.
Yaitu mazhab yang mempunyai dan mengimani sifat-sifat Allah yang Mutasyabih, dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah.
2.      Mazhab Khakaf.
Yaitu Ulama yang menakwilkan lafal yang maknanya lahirnya musthahil kepada makna yang baik bagi zat Allah, contohnya mazhab ini mengartikan mata dengan pengawasan Allah, tangan diartikan kekuasaan Allah, dan lain-lain.
Pada hakikatnya tidak ada pertentangan antara pendapat ulama tersebut, permasalahannya hanya berkisar pada perbedaan dalam menakwilkannya. Secara teoritis pendapat ulama dapat di kompromikan, dan secara praktis penerapan mazhab khalaf lebih dapat memenuhi tuntutan kebutuhan intelektual yang semakin hari semakin berkembang dan kritis. Dengan melihat kondisi obyektif intelektual masyarakat modern yang semakin berpikir kritis dan dewasa, maka mazhab khalaf atau mazhab takwil ini yang lebih tepat diterapkan dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat dengan mengikuti ketentuan takwil yang dikenal dengan ilmu tafsir.

C. DALIL ADANYA MUHKAM DAN MUTASYABIH
Dalam al-Qur’an surat Ali-Imron ayat 7 menyatakan adanya ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ
Artinya:
“Dialah yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur’an) kepada kamu, diantara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat. Itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
Dari ayat di atas secara eksplisit menyebutkan bahwa ayat al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua bagian. (1) Ayat Muhkamat, yang merupakan pokok-pokok isi al-Qur’an dan menjadi landasannya serta menjadi bagian terbesar darinya. (2) Ayat Mutasyabihat. Baik ayat yang muhkamat maupun mutasyabihat, keduanya saling berhadap-hadapan. Artinya bahwa ayat yang muhkam sebagai imbangan terhadap ayat yang mutasyabih. Hal ini sebagaimana kebenaran berhadapan dengan kebatilan, orang-orang yang berilmu berhadapan dengan orang-orang yang di dalam hatinyat terdapat kecenderungan sesat.[6]

D. FAKTOR-FAKTOR ADANYA  MUHKAM DAN MUTASYABIH
Disebabkan tersembunyinya apa yang dimaksud oleh syar’I (Allah SWT) dalam kalimah ayat tersebut.
a.      Kadang-kadang ia terdapat dalam  lafadz  atau  kata
فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ     
“Lalu dihadapinya berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya” (surat Shaffat: 93).
Kata alyamiin mengandung 3 pengertian, yaitu:
1. Menggunakan tangan kanan, tidak tangan kiri
2. Memukul dengan keras, karena yang kanan ialah yang terkuat dari kedua
  anggota badan
3. Berarti sumpah
b.      Kadang-kadang ia kembali kepada pengertian atau makna, seperti apa yang dikhususkan Allah dengan-Nya terhadap diri-Nya disebabkan ilmu-Nya. Contoh: huru-hara hari kiamat, tanda-tanda kiamat besar. Atau Assa’ah, Syurga dan Neraka antara lain: (QS. Al-Qiyamah: 6-13).[7]




E.     FAWATIH AS SUWAR
Sebelum kita membahas tentang Fawatih As Suwar, adakala baiknya terlebih dahulu kita bersama-sama mengetahui apa yang dimaksud dengan Fawatih As Suwar itu sendiri.
Fawatih As Suwar itu adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surat, ia merupakan bagian dari ayat Mutasyabih karena ia bersifat mujmal (global), mu’awwal (memerlukan takwil), dan musykil (sukar dipahami). Didalam Al Qur’an terdapat huruf-huruf awalan dalam pembukaan surah dalam bentuk yang berbeda-beda. Hal ini merupakan salah satu ciri kebesaran Allah dan ke MahatahuanNya, sehingga kita terpanggil untuk menggali ayat-ayat tersebut. Dengan adanya suatu keyakinan bahwa semakin dikaji ayat Al Qur’an itu, maka semakin luas pengetahuan kita. Hal ini dapat dibuktikan dengan perkembangan ilmu tafsir yang kita lihat hingga sekarang ini.[8]
Adapun untuk memperjelas lagi apa itu ayat Fawatih As Suwar, maka dengan ini kami tampilkan ayat-ayatnya sebagai berikut.[9]
Awalan surah yang terdiri dari satu huruf, ini terdapat pada tiga surah.
Surah Shad: ص. و القرآن ذى الذكر                      
Surah Qaaf:و القرآن المجيد                      ق.
Surah Al Qolam: ن. و القلم و ما يسترون      
Awalan surah yang terdiri dari dua huruf, ini terdapat pada sepuluh surah :
Surah Al Mukmin  حم                               
Surah Fushilat                                     حم
Surah Asy-Syura حم                               
Surah Az Zukhruf. حم                           
Surah Ad Dukhan. حم                             
Surah Al Jasyiah. حم                               
Surah Al Ahqaf. حم                                
Surah Thaha.طه                                      
Surah An-Naml.طس                               
Surah Yasin. يس                                    
Tujuh dari sepuluh surah diatas, ini dinamakan Hawwaamiim.[10]
Awalan surah yang terdiri dari tiga huruf, ini terdapat pada tiga belas surah, yaitu :
v  Enam surah diawali Alif Lam Mim (الم)
Surah Al Baqoroh
Surah Ali Imran
Surah Al Ankabut
Surah Ar Rum
Surah Luqman
Surah As-Sajada
v  Lima surah diawali dengan Alif Lam Ro (الر)
Surah Yunus
Surah Hud
Surah Yusuf
Surah Ibrahim
Surah Al Hijr
v  Dua surah yang diawali dengan Tha Sin Mim (طسم)
Surah Asy Syu’ara
Surah Al Qoshosh
Awalan surah yang terdiri dari empat huruf, ini terdapat pada dua tempat, yaitu :
Surah Al A’araf.
         المص
Surah Ar Ra’du.           
  المر
Awalan surah yang terdiri dari lima huruf, ini hanya terdapat pada surah Maryam, yaitu :          كهيعص .
Dari ketiga belas ayat-ayat Fawatih As Suwar yang tersebut di atas, dengan ini kami selaku pemakalah (berpendapat) akan mengambil satu ayat sebagai penjelasan, yaitu Alif Lam Mim (الم). Didalam tafsir Jalalin mengenai ayat-ayat Fawatih As Suwar ini sudah dijelaskan tidak bisa ditafsirkan (menurut golongan madzhab salaf), hanya Allahlah yang Maha Mengetahui.
Yaitu Alif Lam Mim ditafsirkan dengan وَاللهُ اَعْلَمُ بِمُرَدِهِ
Artinya
“Dan Allah Maha Lebih Mengetahui dengan maksudNya”.
Dan ada lagi didalam tafsir Marohi syarach Imam Nawawi, Alif Lam Mim beliau tafsirkan mengambil pendapat Imam Syu’bi dan Jama’ah, yaitu :

قَالَ الشُّعْبِى وَجَمَاعَةٌ الم وَسَائِرُ حُرُوْفِ الهِجَاءِ فِى اَوَائِلِ السُّوَّرِ مِنَ المُتَشَابِهِ الَّذِى اِنْفَرَدَ اللهُ بِعِلْمِهِ وَهِىَ سِرُّ القُرْأَنِ فَنَحْنُ نُؤْمِنُ بِظَاهِرِهَا وَنَفُوْضُ العِلْمَ فِيْهَا اِلَى اللهِ تَعَالَى. وَفَائِدَةُ ذِكْرِهَا طَلَبُ الاِيْمَانِ بِهَا.
Artinya:
“ Alif Lam Mim itu adalah menjadi rahasia pada seluruh huruf hijaiyah pada awal surah dari ayat mutasyabih yang telah disatukan oleh Allah dengan ilmuNya, yaitu menjadi rahasia Al Qur’an. Maka kami beriman dengan zhohirnya dan kami menuntut ilmu padanya hingga kepada Allah Ta’ala. “
Tafsiran ini, menurut kami sudah jelas bahwa Imam Syu’bi termasuk golongan madzhab salaf. Beliau tidak mau menafsirkan lafadz Alif Lam Mim ini karena beliau takut tersesat sehingga beliau mengatakan biarlah ini menjadi rahasia Al Qur’an. Akan tetapi, beliau tetap beriman dengan zhohirnya dan beliau tetap menuntut dan memohon diberikan ilmu lebih dari Allah Swt.
Dan dipenghujung tafsir Abu Bakar r.a. berkata:

فِى كُلِّ كِتَابٍ سِرٌّ وَسِرُّ اللهِ فِى القُرْأَنِ أَوَائِلُ السُّوَرِ.
“ Didalam seluruh kitab mempunyai rahasia, dan rahasia Allah didalam Al Qur’an itu ada pada awal surah “.
Hal ini bertolak belakang dengan Ibnu Abbas r.a. beliau mampu untuk menafsirkannya, yaitu kata beliau

فِى قَوْلِهِ (الم) قَالَ : اَنَا اَللهُ اَعْلَمُ. وَفِى قَوْلِهِ (الَمَصَ)
 قَالَ : اَنَا اَللهُ اُفَصِّلُ. وَفِى قَوْلِهِ (الر) قَالَ : أَنَا اَللهُ اَرَى.
“ Tentang firman Allah Alif Lam Mim adalah Aku Allah Maha Mengetahui, tentang Alif Lam Mim Shodh adalah Aku Allah akan memperinci, dan Alif Lam Ro adalah Aku Allah Maha Melihat”. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dari jalan Abu Al-Dhuha)
Dan ada lagi dari Ibnu Abbas r.a. dengan tafsirannya sebagai berikut :
قَالَ : الر وَ حم وَ ن حُرُوْفُ الرَّحْمَنِ مُفَرَّقَةً.
“ Tentang ( firman Allah) pada ayat Alif Lam Ro, Ha Mim, dan Nun adalah huruf-huruf Ar Rahman yang dipisahkan “. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jalan Ikrimah)
            Dan masih banyak lagi pendapat dari ulama yang menafsirkan ayat Fawatih As Suwar, seperti Salim Ibnu Abdillah, Al Saddiy, Al Baidhawi dan lain-lain. Akan tetapi disini, kami hanya menampilkan pendapat Ibnu Abbas r.a. karena menurut kami Ibnu Abbas r.a. memang patut mendapatkan anugerah yang luar biasa. Karena ia bisa mentakwilkan ayat mutasyabihat, berkat atas do’a Rosulullah S.a.w. yang sudah kami jelaskan sebelumnya.[11]


BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian ayat-ayat muhkam dan mutasyabih diatas, dapat dipahami sebagai berikut : Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya ketika kita membacanya. Sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang perlu ditakwilkan, dan setelah ditakwilkan barulah kita dapat memahami tentang maksud ayat.
Ayat mutasyabih adalah merupakan salah satu kajian dalam ilmu Al Qur’an yang para ulama menilainya dengan alasan masing-masing, seperti Ulama Tafsir, Madzhab Salaf, Madzhab Khalaf dan Ulama’ Ahlulbait.
Fawatih As Suwar itu adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surat, ia merupakan bagian dari ayat Mutasyabih karena ia bersifat mujmal (global), mu’awwal (memerlukan takwil), dan musykil (sukar dipahami).
Pada penafsiran ayat Fawatih As Suwar terjadi perselisihan dua golongan ulama, yaitu golongan pertama mengatakan bahwa ayat Fawatih As Suwar itu tidak bisa ditakwilkan, mereka ini adalah Imam Syu’bi dan Jama’ah, serta tafsir Jalalin. Sedangkan golongan yang kedua ini mengatakan bahwa ayat Fawatih As Suwar itu bisa ditakwilkan, mereka ini adalah Ibnu Abbas r.a., Salim Ibnu Abdillah, Al Saddiy, Al Baidhawi dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar