AL-MUHKAM AL-MUTASYABIH
1.
PENGERTIAN
a.
Al-Muhkam
Muhkam
berasal dari kata Ihkam yang bearti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan
pencegahan. Sedangkan secara terminologi muhkam
berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari
ayat-ayat lain.
Contoh surat Al- Baqarah ayat 83 :
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي
إِسْرَائِيلَ لا تَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي
الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلا قَلِيلا
مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُون
“Dan ketika kami
mengambil janji dari anak-anak Israel : tidak akan menyembah selain Allah, dan
berbuat kebaikan kepada Ibu, Bapak dan kerabat dekat dan anak-anak-piatu dan orang-
oarng miskin, dan ucapkanlah kata yang baik kepada manusia, dan kerjakanlah
sembahyang dan bayarlah zakat, kemudian itu kamu berpaling kecuali sebagian
kecil dari padamu dan kamu tidak mengambil perduli”
b.
Al-Mutasyabih
Kata
mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang
secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada
kesamaran antara dua hal. Tasyahabad Isttabaha berarti dua hal yang
masing-masing menyerupai yang lainnya. Sedangkan secara terminology Al
Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelasmaksudnya, dan mempunyai banyak
kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan
keterangan tertentu, atau Allah yang mengetahuinya. Contoh surat Thoha ayat 5 :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“( Allah
) yang maha pemurah, yang bersemayam diatas ‘Arasy”.
Secara
istilah, para Ulama berbeda pendapat dalam merumuskanMuhkam dan Mutasyabih. Al-
Suyuti telah mengemukakan 18 definisi atau tempat yang diberikan Ulama.
Al-Zarqani mengemukakan 11 definisi yang sebagian dikuip dari Al-Suyuti.
Diantara defenisi yang dikemukakan Al-Zarqani adalah :
1.
Pendapat al-Alusi kepada pemimpin-pemimpin mazhab Hanafi.
Ø Muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak
mengandung kemungkinan nasakh.
Ø Mutasyabih ialah ayat yang tersembunyi ( maknanya ), tidak
diketahui maknanya baik secara aqli maupun naqli, dan inilah ayat-ayat yang
hanya Allah yang mengetauhinya , seperti datangnya kiamat , huruf-huruf yang
terputus di awal-awal surat.
2.
Pendapat dinisbahkan kepada ahli sunah sebagai pendapat yang terpilih dikalangan
mereka.
Ø Muhkam ialah ayat yang diketahui maksudnya, baik secara
nyata maupun takwil.
Ø Mutasyabih ialah ayat yang hanya Allah lah yang mengetahui
maksudnya, seperti datangnya hari kiamat, kelurnya Dajjal, huruf-huruf yang
terputus-putus di awal-awal surat.
3.
Pendapat dinisbahkan kepada Ibnu Abbas dan kebanyakan ahli fikih mengikutinya.
Ø Muhkam ialah ayat yang tidak mengandung kecuali satu
kemungkinan makna Takwil.
Ø Mutasyabih ialah ayat yang mengandung banyak Takwil.
4.
Pendapat ini diceritakan dari Imam Ahmad ra.
Ø Muhkam ialah ayat yang tidak berdiri sendiri dan tidak
memerlukan keterangan.
Ø Mutasyabih ialah ayat yang tidak berdiri sendiri tetapi
memerlukan keterangan.
5.
Pendapat ini dinisbahkan kepada Imam Al-Haramain.
Ø Muhkam ialah ayat yang seksama susunan dan urutannya.
Ø Mutasyabih ialah ayat yang seharusnya tidak terjangkau dari
segi bahasa kecuali bila ada bersamanya indikasi / melalui konteksi.
6.
Pendapat Al-Thibi.
Ø Muhkam ialah ayat yang jelas maknya dan tidak masuk
kepadanya isykal ( kepelikan ).
Ø Mutasyabih ialah lawannya.
7.
Pendapat dinisbahkan kepada Imam Al-Razi dan banyak peneliti yang memilih
Ø Muhkam ialah ayat yang ditujukan makna kuat, yaitu lafal
Al-Qur’an nas dan lafal zahir sunah.
Ø Mutasyabih ialah ayat yang ditunjukkan maknanya tidak kuat
yaitu lafal mujmal, muawwal, dan musykil.[2]
Muhkam dan Mutasyabih terjadi banyak
perbedaan pendapat. Yang terpenting di antaranya sebagai berikut :
1.
Muhkam adalah ayat yang mudah
diketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanya Allah-lah yang mengetahui akan
maksudnya.
2.
Muhkam adalah ayat yang dapat
diketahui secara langsung, sedangkan mutashabih baru dapat diketahui dengan
memerlukan penjelasan ayat-ayat lain.
Para ulama memberikan contoh
ayat-ayat Muhkam dalam al-Qur’an dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum.
Seperti halal dan haram, kewajiban dan larangan, janji dan ancaman. Sementara
ayat-ayat Mutasyabih, mereka mencontohkan dengan nama-nama Allah dan sifat-Nya,
seperti:
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْض (البقرة:255 ))
“Kursi-Nya meliputi langit dan bumi”.
اَلرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (طه: 5))
“Yang Maha Pengasih, yang bersemanyam di atas ‘Arsy”.
تَجْرِى بِأَعْيُنِنَا جَزَاءًا لِمَنْ كَانَ كُفِرَ (القمر: 14))
“(bahteranya nabi Nuh as) berlayar dengan pantauan mata Kami. (seperti itulah musibah yang Kami turunkan) sebagai balasan bagi orang yang ingkar”.
“Kursi-Nya meliputi langit dan bumi”.
اَلرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (طه: 5))
“Yang Maha Pengasih, yang bersemanyam di atas ‘Arsy”.
تَجْرِى بِأَعْيُنِنَا جَزَاءًا لِمَنْ كَانَ كُفِرَ (القمر: 14))
“(bahteranya nabi Nuh as) berlayar dengan pantauan mata Kami. (seperti itulah musibah yang Kami turunkan) sebagai balasan bagi orang yang ingkar”.
إِنَّ
الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ إِنَّمَايُبَايِعُوْنَ الله, يَدُ اللهِ فَوْقَ
أَيْدِيْهِمْ (الفتح: 10))
“Sesungguhnya orang-orang yang membai’at-mu ya Rasul, mereka-lah yang berikrar menerima (bahwa Tuhan mereka) adalah Allah. Tangan Allah diatas tangan-tangan mereka”. وَلاَتَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ كُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ (القصص: 88)
“Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa kecuali (wajah) Allah”.
“Sesungguhnya orang-orang yang membai’at-mu ya Rasul, mereka-lah yang berikrar menerima (bahwa Tuhan mereka) adalah Allah. Tangan Allah diatas tangan-tangan mereka”. وَلاَتَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ كُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ (القصص: 88)
“Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa kecuali (wajah) Allah”.
Muhkam
ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri
sendiri tanpa ditakwilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak musykil,
karena pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena tidak
dinasakh. Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafal-Al-Quran yang artinya
samar, sehingga tidak dapat dijangkau oleh akal manusia karena bisa ditakwilkan
macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya
kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan cukup diyakini adanya saja dan
tidak perlu amalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah SWT.[3]
B.
SIKAP ULAMA TERHADAP AYAT-AYAT MUTASYABIH DAN AYAT- AYAT MUHKAM
Menurut Al-Zarqani, ayat-ayat
Mutasyabih dapat dibagi 3 ( tiga ) macam :
1. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat mengetahui maksudnya, seperti pengetahuan tentang zat Allah dan hari kiamat, hal-hal gaib, hakikat dan sifat-sifat zat Allah. Sebagian mana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 59 :
Artinya : “dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang
mengetahui kecuali Dia sendiri.
1. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat mengetahui maksudnya, seperti pengetahuan tentang zat Allah dan hari kiamat, hal-hal gaib, hakikat dan sifat-sifat zat Allah. Sebagian mana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 59 :
Artinya : “dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang
mengetahui kecuali Dia sendiri.
2. Ayat-ayat yang setiap orang bias
mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengkajian, seperti ayat-ayat :
Hutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas, panjang, urutannya,dan seumpamanya.
Contoh surat An-Nisa’ ayat 3 :
Contoh surat An-Nisa’ ayat 3 :
Artinya : “dan jika kamu takut tidak
adakn dapat berlaku adil terhadap ( hak-hak ) perempuan yang yatim, maka
kawinilah wanita-wanita”.
3. Ayat-ayat mutasyabihat yang
maksudnya dapat diketahui oleh para Ulama tertentu dan bukan semua Ulama.
Maksud yang demikian adalah makna-makna yang tinggi yang memenuhi hati
seseorang yang jernih jiwanya dan mujahid. Sebagai mana diisyaratkan oleh Nabi
dengan do’anya bagi Ibnu Abbas :
Artinya :“ Ya Tuhanku, jadikanlah
seseorang yang paham dalam agama,dan ajarkanlah kepada takwil”.[4]
Mengenal ayat-ayat yang berhubungan
dengan sifat-sifat Allah, pendapat Ulama terbagi kepada dua mazhab :[5]
1. Mazhab Salaf.
Yaitu mazhab yang mempunyai dan
mengimani sifat-sifat Allah yang Mutasyabih, dan menyerahkan hakikatnya kepada
Allah.
2. Mazhab
Khakaf.
Yaitu Ulama yang menakwilkan lafal
yang maknanya lahirnya musthahil kepada makna yang baik bagi zat Allah,
contohnya mazhab ini mengartikan mata dengan pengawasan Allah, tangan diartikan
kekuasaan Allah, dan lain-lain.
Pada
hakikatnya tidak ada pertentangan antara pendapat ulama
tersebut, permasalahannya hanya berkisar pada perbedaan dalam menakwilkannya.
Secara teoritis pendapat ulama dapat di kompromikan, dan secara praktis penerapan
mazhab khalaf lebih dapat memenuhi tuntutan kebutuhan intelektual yang semakin
hari semakin berkembang dan kritis. Dengan melihat kondisi obyektif intelektual
masyarakat modern yang semakin berpikir kritis dan dewasa,
maka mazhab khalaf atau mazhab takwil ini yang lebih tepat diterapkan dalam
menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat dengan mengikuti ketentuan takwil yang
dikenal dengan ilmu tafsir.
C. DALIL ADANYA MUHKAM DAN
MUTASYABIH
Dalam
al-Qur’an surat Ali-Imron ayat 7 menyatakan adanya ayat-ayat yang muhkam dan
mutasyabih
هُوَ
الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ
الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ
فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ
تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي
الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلا أُولُو الألْبَابِ
Artinya:
“Dialah
yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur’an) kepada kamu, diantara (isi)nya ada
ayat-ayat yang muhkamat. Itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan
fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui
takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.”
Dan tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya) melainkan orang-orang yang
berakal.”
Dari
ayat di atas secara eksplisit menyebutkan bahwa ayat al-Qur’an dapat dibagi
menjadi dua bagian. (1) Ayat Muhkamat, yang merupakan pokok-pokok isi al-Qur’an
dan menjadi landasannya serta menjadi bagian terbesar darinya. (2) Ayat
Mutasyabihat. Baik ayat yang muhkamat maupun mutasyabihat, keduanya saling
berhadap-hadapan. Artinya bahwa ayat yang muhkam sebagai imbangan terhadap ayat
yang mutasyabih. Hal ini sebagaimana kebenaran berhadapan dengan kebatilan,
orang-orang yang berilmu berhadapan dengan orang-orang yang di dalam hatinyat
terdapat kecenderungan sesat.[6]
D. FAKTOR-FAKTOR ADANYA MUHKAM DAN MUTASYABIH
Disebabkan
tersembunyinya apa yang dimaksud oleh syar’I (Allah SWT) dalam kalimah ayat
tersebut.
a. Kadang-kadang
ia terdapat dalam lafadz atau kata
فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ
“Lalu dihadapinya berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya” (surat Shaffat: 93).
فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ
“Lalu dihadapinya berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya” (surat Shaffat: 93).
Kata alyamiin mengandung 3
pengertian, yaitu:
1. Menggunakan tangan kanan, tidak tangan kiri
2. Memukul dengan keras, karena yang kanan ialah yang terkuat dari kedua anggota badan
3. Berarti sumpah
1. Menggunakan tangan kanan, tidak tangan kiri
2. Memukul dengan keras, karena yang kanan ialah yang terkuat dari kedua anggota badan
3. Berarti sumpah
b. Kadang-kadang
ia kembali kepada pengertian atau makna, seperti apa yang dikhususkan Allah
dengan-Nya terhadap diri-Nya disebabkan ilmu-Nya. Contoh: huru-hara hari
kiamat, tanda-tanda kiamat besar. Atau Assa’ah, Syurga dan Neraka antara lain:
(QS. Al-Qiyamah: 6-13).[7]
E. FAWATIH AS
SUWAR
Sebelum
kita membahas tentang Fawatih As Suwar, adakala baiknya terlebih dahulu kita
bersama-sama mengetahui apa yang dimaksud dengan Fawatih As Suwar itu sendiri.
Fawatih
As Suwar itu adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surat, ia
merupakan bagian dari ayat Mutasyabih karena ia bersifat mujmal (global),
mu’awwal (memerlukan takwil), dan musykil (sukar dipahami). Didalam
Al Qur’an terdapat huruf-huruf awalan dalam pembukaan surah dalam bentuk yang
berbeda-beda. Hal ini merupakan salah satu ciri kebesaran Allah dan ke
MahatahuanNya, sehingga kita terpanggil untuk menggali ayat-ayat tersebut.
Dengan adanya suatu keyakinan bahwa semakin dikaji ayat Al Qur’an itu, maka
semakin luas pengetahuan kita. Hal ini dapat dibuktikan dengan perkembangan
ilmu tafsir yang kita lihat hingga sekarang ini.[8]
Adapun
untuk memperjelas lagi apa itu ayat Fawatih As Suwar, maka dengan ini kami
tampilkan ayat-ayatnya sebagai berikut.[9]
Awalan
surah yang terdiri dari satu huruf, ini terdapat pada tiga surah.
Surah Shad: ص. و القرآن ذى
الذكر
Surah Qaaf:و
القرآن
المجيد ق.
Surah Al Qolam: ن.
و القلم و ما يسترون
Awalan
surah yang terdiri dari dua huruf, ini terdapat pada sepuluh surah :
Surah Al Mukmin حم
Surah Fushilat حم
Surah Asy-Syura حم
Surah Az Zukhruf. حم
Surah Ad Dukhan. حم
Surah Al Jasyiah. حم
Surah Al Ahqaf. حم
Surah Thaha.طه
Surah An-Naml.طس
Surah Yasin. يس
Tujuh dari sepuluh surah diatas, ini
dinamakan Hawwaamiim.[10]
Awalan surah yang terdiri dari tiga huruf, ini terdapat pada tiga belas surah, yaitu :
Awalan surah yang terdiri dari tiga huruf, ini terdapat pada tiga belas surah, yaitu :
v Enam surah diawali Alif Lam Mim (الم)
Surah Al Baqoroh
Surah Ali Imran
Surah Al Ankabut
Surah Ar Rum
Surah Luqman
Surah As-Sajada
Surah Al Baqoroh
Surah Ali Imran
Surah Al Ankabut
Surah Ar Rum
Surah Luqman
Surah As-Sajada
v Lima surah diawali dengan Alif Lam Ro (الر)
Surah Yunus
Surah Hud
Surah Yusuf
Surah Ibrahim
Surah Al Hijr
Surah Yunus
Surah Hud
Surah Yusuf
Surah Ibrahim
Surah Al Hijr
v Dua surah yang diawali dengan Tha Sin Mim (طسم)
Surah Asy Syu’ara
Surah Al Qoshosh
Surah Asy Syu’ara
Surah Al Qoshosh
Awalan
surah yang terdiri dari empat huruf, ini terdapat pada dua tempat, yaitu :
Surah Al A’araf. المص
Surah Ar Ra’du. المر
Surah Al A’araf. المص
Surah Ar Ra’du. المر
Awalan
surah yang terdiri dari lima huruf, ini hanya terdapat pada surah Maryam, yaitu
: كهيعص .
Dari
ketiga belas ayat-ayat Fawatih As Suwar yang tersebut di atas, dengan ini kami
selaku pemakalah (berpendapat) akan mengambil satu ayat sebagai penjelasan,
yaitu Alif Lam Mim (الم). Didalam tafsir Jalalin mengenai ayat-ayat Fawatih As Suwar
ini sudah dijelaskan tidak bisa ditafsirkan (menurut golongan madzhab salaf),
hanya Allahlah yang Maha Mengetahui.
Yaitu
Alif Lam Mim ditafsirkan dengan وَاللهُ اَعْلَمُ بِمُرَدِهِ
Artinya
“Dan
Allah Maha Lebih Mengetahui dengan maksudNya”.
Dan
ada lagi didalam tafsir Marohi syarach Imam Nawawi, Alif Lam Mim beliau
tafsirkan mengambil pendapat Imam Syu’bi dan Jama’ah, yaitu :
قَالَ الشُّعْبِى وَجَمَاعَةٌ الم وَسَائِرُ حُرُوْفِ الهِجَاءِ فِى اَوَائِلِ السُّوَّرِ مِنَ المُتَشَابِهِ الَّذِى اِنْفَرَدَ اللهُ بِعِلْمِهِ وَهِىَ سِرُّ القُرْأَنِ فَنَحْنُ نُؤْمِنُ بِظَاهِرِهَا وَنَفُوْضُ العِلْمَ فِيْهَا اِلَى اللهِ تَعَالَى. وَفَائِدَةُ ذِكْرِهَا طَلَبُ الاِيْمَانِ بِهَا.
Artinya:
قَالَ الشُّعْبِى وَجَمَاعَةٌ الم وَسَائِرُ حُرُوْفِ الهِجَاءِ فِى اَوَائِلِ السُّوَّرِ مِنَ المُتَشَابِهِ الَّذِى اِنْفَرَدَ اللهُ بِعِلْمِهِ وَهِىَ سِرُّ القُرْأَنِ فَنَحْنُ نُؤْمِنُ بِظَاهِرِهَا وَنَفُوْضُ العِلْمَ فِيْهَا اِلَى اللهِ تَعَالَى. وَفَائِدَةُ ذِكْرِهَا طَلَبُ الاِيْمَانِ بِهَا.
Artinya:
“
Alif Lam Mim itu adalah menjadi rahasia pada seluruh huruf hijaiyah pada awal
surah dari ayat mutasyabih yang telah disatukan oleh Allah dengan ilmuNya,
yaitu menjadi rahasia Al Qur’an. Maka kami beriman dengan zhohirnya
dan kami menuntut ilmu padanya hingga kepada Allah Ta’ala. “
Tafsiran
ini, menurut kami sudah jelas bahwa Imam Syu’bi termasuk golongan madzhab
salaf. Beliau tidak mau menafsirkan lafadz Alif Lam Mim ini karena beliau takut
tersesat sehingga beliau mengatakan biarlah ini menjadi rahasia Al Qur’an. Akan
tetapi, beliau tetap beriman dengan zhohirnya dan beliau tetap menuntut dan
memohon diberikan ilmu lebih dari Allah Swt.
Dan
dipenghujung tafsir Abu Bakar r.a. berkata:
فِى كُلِّ كِتَابٍ سِرٌّ وَسِرُّ اللهِ فِى القُرْأَنِ أَوَائِلُ السُّوَرِ.
“
Didalam seluruh kitab mempunyai rahasia, dan rahasia Allah didalam Al Qur’an
itu ada pada awal surah “.
Hal
ini bertolak belakang dengan Ibnu Abbas r.a. beliau mampu untuk menafsirkannya,
yaitu kata beliau
فِى قَوْلِهِ (الم) قَالَ : اَنَا اَللهُ اَعْلَمُ. وَفِى قَوْلِهِ (الَمَصَ) قَالَ : اَنَا اَللهُ اُفَصِّلُ. وَفِى قَوْلِهِ (الر) قَالَ : أَنَا اَللهُ اَرَى.
“ Tentang firman Allah Alif Lam Mim adalah Aku Allah Maha Mengetahui, tentang Alif Lam Mim Shodh adalah Aku Allah akan memperinci, dan Alif Lam Ro adalah Aku Allah Maha Melihat”. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dari jalan Abu Al-Dhuha)
Dan
ada lagi dari Ibnu Abbas r.a. dengan tafsirannya sebagai berikut :
قَالَ : الر وَ حم وَ ن حُرُوْفُ الرَّحْمَنِ مُفَرَّقَةً.
“ Tentang ( firman Allah) pada ayat Alif Lam Ro, Ha Mim, dan Nun adalah huruf-huruf Ar Rahman yang dipisahkan “. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jalan Ikrimah)
قَالَ : الر وَ حم وَ ن حُرُوْفُ الرَّحْمَنِ مُفَرَّقَةً.
“ Tentang ( firman Allah) pada ayat Alif Lam Ro, Ha Mim, dan Nun adalah huruf-huruf Ar Rahman yang dipisahkan “. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jalan Ikrimah)
Dan masih banyak lagi pendapat dari ulama yang menafsirkan
ayat Fawatih As Suwar, seperti Salim Ibnu Abdillah, Al Saddiy, Al Baidhawi dan
lain-lain. Akan tetapi disini, kami hanya menampilkan pendapat Ibnu Abbas r.a.
karena menurut kami Ibnu Abbas r.a. memang patut mendapatkan anugerah yang luar
biasa. Karena ia bisa mentakwilkan ayat mutasyabihat, berkat atas do’a
Rosulullah S.a.w. yang sudah kami jelaskan sebelumnya.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Dari
uraian ayat-ayat muhkam dan mutasyabih diatas, dapat dipahami sebagai berikut :
Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya ketika kita membacanya. Sedangkan
ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang perlu ditakwilkan, dan setelah
ditakwilkan barulah kita dapat memahami tentang maksud ayat.
Ayat
mutasyabih adalah merupakan salah satu kajian dalam ilmu Al Qur’an yang para
ulama menilainya dengan alasan masing-masing, seperti Ulama Tafsir, Madzhab
Salaf, Madzhab Khalaf dan Ulama’ Ahlulbait.
Fawatih
As Suwar itu adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surat, ia
merupakan bagian dari ayat Mutasyabih karena ia bersifat mujmal (global),
mu’awwal (memerlukan takwil), dan musykil (sukar dipahami).
Pada penafsiran ayat Fawatih As Suwar terjadi perselisihan
dua golongan ulama, yaitu golongan pertama mengatakan bahwa ayat Fawatih As
Suwar itu tidak bisa ditakwilkan, mereka ini adalah Imam Syu’bi dan Jama’ah,
serta tafsir Jalalin. Sedangkan golongan yang kedua ini mengatakan bahwa ayat
Fawatih As Suwar itu bisa ditakwilkan, mereka ini adalah Ibnu Abbas r.a., Salim
Ibnu Abdillah, Al Saddiy, Al Baidhawi dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar