1.
MATRIKS
A. PENGERTIAN
Matriks
adalah susunan bilangan berbentuk persegi
panjang yang diatur berdasarkan baris dan kolom yang ditulis diantara tanda
kurung ( ) atau [ ] atau || ||
Susunan
horizontal disebut dengan baris sedangkan susunan
vertikal disebut dengan kolom
Bentuk Umum Matriks :
Bentuk Umum Matriks :

a
adalah elemen atau
unsur matriks yang terletak pada baris ke-m dankolom ke-n
Nama matriks ditulis dengan menggunakan
huruf besar A,B, P, Q, dsb . Sedangkan Unsur/elemen-elemen suatu matriks dengan huruf kecil sesuai
nama matriks dengan indeks sesuai letak elemennya, seperti a11, a12,
...
Contoh :
Diketahui matriks A = 

Tentukan :
a.
banyak baris d.
elemen-elemen kolom ke-3
b.
banyak kolom e.

c.
elemen-elemen baris ke-1 f. 
Jawab :
a.
banyak baris : 3 buah
b.
banyak kolom :5 buah
c.
elemen-elemen baris ke-1 : 1, 4, 6, -3, 8
d.
elemen-elemen kolom ke-3 : 6, 9, 7
e.
= elemen baris
ke-3 kolom ke-4 = 5
f.
= elemen baris
ke-1 kolom ke-3 = 6
Contoh 2: Diketahui 

Tentukan letak elemen -2 dan 8 !
Jawab :
elemen -2 = a21
elemen 8 = a32
B. ORDO MATRIKS
Yaitu banyaknya baris dan kolom yang menyatakan suatu
matriks.
artinya matriks
A berordo m x n yaitu banyaknya baris m buah dan banyaknya kolom n buah.
Contoh :
Diketahui
Tentukan ordo matriks P dan Q
Tentukan ordo matriks P dan Q
Jawab :
Ordo matriks P = 2 x 4 atau P 2 x3 ; Ordo matriks Q = 3 x 2 atau Q2 x3
C. JENIS-JENIS MATRIKS
- Matriks Nol
Yaitu matriks yang
setiap elemennya nol.
Contoh :
,


- Matriks Baris
Yaitu matriks yang
hanya mempunyai satu baris
Contoh :
, 
3. Matriks Kolom
Yaitu matriks yang
hanya mempunyai satu kolom.
Contoh :


4. Matriks Bujur sangkar/Matriks Persegi
Yaitu suatu matriks
yang jumlah baris dan kolomnya sama. Ordo matriks n x n sering disingkat dengan
n saja.
Contoh :
,
, 
, 
5. Matriks Diagonal
Yaitu matriks persegi
yang semua elemennya nol, kecuali elemen-elemen diagonal utamanya.
Contoh : 



6. Matriks Satuan /MatriksIdentitas (I)
Yaitu matriks persegi
yang semua elemen diagonal utamanya satu, dan elemen lainnya nol.
Contoh : 




7. Matriks Skalar
Yaitu matriks persegi
yang semua elemen pada diagonal utamanya sama, tetapi bukan nol dan semua
elemen lainnya nol.
Contoh : 





8. Matriks Segitiga Atas
Yaitu matriks yang
semua elemen di bawah diagonal utamanya nol.
Contoh : 



9. Matriks Segitiga Bawah
Yaitu matriks yang
semua elemen di atas diagonal utamanya nol.
Contoh : 



10. Matriks Koefisien
Yaitu matriks yang
semua elemennya merupakan koefisien-keofisien dari suatu sistem
persamaan linear.
Contoh1: Matriks koefisien dari sistem persamaan
liniear 2x + 3y =7 adalah :
-4x + 5y =-3
-4x + 5y =-3
|
Contoh 2: Matriks koefisien dari sistem persamaan
liniear 3x +2y-z = 7
4x +2z = 8 adalah
4x +2z = 8 adalah
x -5y+4z =-6
D. KESAMAAN DUA MATRIKS
Dua matriks dikatakan sama jika ordo dan elemen-elemen
yang seletak sama.
Contoh 1:
Jika A= B maka: a=p, b=q, c=r dan d=s
Jika A= B maka: a=p, b=q, c=r dan d=s
Contoh 2: Tentukan x dan y dari 
Jawab : x = 1
2y = 8
y =4
E. TRANSPOSE
MATRIKS
Transpose (putaran) matriks A yaitu matriks yang
diperoleh dari matriks A dengan menukarkan elemen-elemen pada baris menjadi
kolom dan sebaliknya elemen-elemen pada kolom menjadi baris.
Transpose matriks A dinyatakan dengan
atau A’.
Contoh 3: Jika
maka tentukan 
Jawab :
= 

F. OPERASI MATRIKS
1. PENJUMLAHAN MATRIKS
Dua matriks dapat dijumlahkan jika ordonya sama. Yang
dijumlahkan yaitu elemen-elemen yang seletak.
Contoh 1:
A =
, B
=
Maka A + B =
+
=
=
Contoh 2: Jika
,
dan
, tentukan :
a). A + B b). B + A c). B + C d). A + (B + C) e) A+B
f). (A + B) + C
Jawab :
a. A + B = 
=
b.
B + A = 
= 
c.
B + C = 
=
d. A + (B + C) =
+
=
e.
(A + B) = 
=
f. (A + B)+C = 
=
Sifat-sifat penjumlahan matriks :
1.
A + B = B + A
(bersifat komutatif)
2.
A + (B + C) = (A + B) + C (bersifat asosiatif)
3.
A + O = O + A = A (O matriks identitas dari
penjumlahan)
4.
A + (-A) = (-A) + A = O (-A matriks invers
penjumlahan)
2. PENGURANGAN MATRIKS
Dua matriks dapat dikurangkan jika ordonya sama. Yang
dikurangkan elemen-elemen yang seletak.
Contoh : Jika
dan
, maka tentukan :
a. A – B b. B – A c. (A-B)-C d.
A-(B-C)
Jawab :
a.
A – B = 

…
b.
B – A = 
= 
Sifat-sifat Pengurangan matriks :
1.
A – B
B – A (tidak
komutatif)
2.
A – (B – C) = (A – B) – C (asosiatif)
3. PERKALIAN MATRIKS
a. PERKALIAN MATRIKS DENGAN BILANGAN REAL (SKALAR)
Hasil perkalian skalar
k dengan sebuah matriks A yang berordo m x n adalah sebuah matriks yang berordo
m x n dengan elemen-elemennya adalah hasil kali skalar k dengan setiap elemen
matriks A.
Contoh 1: Jika
maka tentukan :
a. 2A b. 
Jawab : a. 2A = 

b.
=
…
Sifat-sifat perkalian skalar k dengan suatu matriks :
1.
k(A + B) = …
2.
(k + l)A = …
3.
k(lA) = …
b. PERKALIAN MATRIKS DENGAN MATRIKS
Dua matriks A dan B
dapat dikalikan jika jumlah kolom matriks A (matriks kiri) sama dengan jumlah
baris matriks B (matriks kanan).
Ordo hasil perkalian
matriks
dengan
, misalnya matriks C yang akan berordo mxp (seperti
permainan domino).
|
Cara mengalikan matriks A dan B yaitu dengan
menjumlahkan setiap perkalian elemen pada baris matriks A dengan elemen kolom
matriks B dan hasilnya diletakkan sesuai dengan baris dan kolom pada matriks C
(matriks hasil perkalian).
Misal :
dan
maka :
AB =
= 
Contoh 1: Diketahui
dan
.
Terntukan :
a. AB b. AC c.
AD
Jawab : a. AB = 

b. AC tidak dapat dikalikan,
karena banyaknya kolom matriks A ≠ banyaknya baris matriks
c. AD =
…
Contoh 2: Diketahui
dan
.
Tentukan :
a. AB b. BA c.
BC d. AC e. (AB)C f. A(BC)
g. B + C h. A(B + C) i. AB + AC j. AI k. IA
Jawab :
a.
AB = 
b.
BA = 
c.
BC = 
d.
AC = 
e.
(AB)C = 
f.
A(BC) = 
g.
B + C = 
h.
A(B + C) = 
i.
AB + AC = 
j.
AI =
k.
IA = 
Sifat-sifat perkalian matriks :
1.
Umumnya tidak komutatif (AB
BA)
2.
Asosiatif : (AB)C = A(BC)
3.
Distributif kiri : A(B + C) = AB + AC
Distributif kanan : (B + C)A = BA + CA
4.
Identitas : IA = AI = A
5.
k(AB) = (kA)B
G. INVERS MATRIKS
1. INVERS MATRIKS ORDO 2 x 2
Jika AB = BA = I , dimana I matriks satuan yaitu
maka A dan B
dikatakan saling invers. Invers matriks A dinotasikan
.
Misal
dan
maka :
AB = I


cp + dr = 0
cq + ds = 1

Karena
=
maka 
ad – bc disebut Determinan (D) atau
atau det(A).
Jadi
.
Jika D = 0, maka matriks A tidak mempunyai invers dan
matriks A disebut matriks Singular.
Jika ad – bc
maka matriks A
disebut matriks Non Singular.
Jika ada persamaan matriks berbentuk :

AX = B maka X
XA = B maka X = 
H. INVERS MATRIKS ORDO 3 x 3
1. DETERMINAN MATRIKS ORDO 3 X 3
Cara menentukan determinan matriks ordo 3 x 3 dengan menggunakan
diagram SARRUS, yaitu :
1.
Salin kolom ke-1 dan ke-2 pada kolom ke-4 dan ke-5
2.
Kurangkan jumlah perkalian elemen-elemen pada diagonal
ke bawah dengan jumlah perkalian elemen-elemen pada diagonal ke atas.

2.
VEKTOR
- SKALAR dan VEKTOR
Besaran-besaran
Fisika ditinjau dari pengaruh arah
terhadap besaran tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
- Skalar : besaran yang cukup dinyatakan besarnya saja (tidak ter-gantung pada arah). Misalnya : massa, waktu, energi dsb.
- Vektor : besaran yang tergantung pada arah. Misalnya : kecepatan, gaya, momentum dsb.
- Notasi Vektor.
- Notasi Geometris.
- Penamaan sebuah vektor :
dalam
cetakan : dengan huruf tebal
: a,
B, d.
dalam tulisan tangan : dengan tanda ¾ atau ® diatas huruf : a , B,
d.
- Penggambaran vektor :
vektor digambar dengan anak panah :
panjang anak panah : besar vektor.
arah anak panah :
arah vector
- Notasi Analitis
Notasi analitis digunakan
untuk menganalisa vektor tanpa menggunakan gambar. Sebuah vektor a dapat dinyatakan dalam
komponen-komponennya sebagai berikut :
y 
k

ay I j y
a
x
ay : besar komponen vektor a dalam arah sumbu y
ax : besar komponen vektor a dalam arah sumbu x
Dalam
koordinat kartesian :
vektor arah /vektor satuan : adalah vektor yang besarnya 1
dan arahnya sesuai dengan yang didefinisikan. Misalnya dalam koordinat
kartesian : i, j, k. yang masing masing menyatakan vektor dengan arah sejajar
sumbu x, sumbu y dan sumbu z.
Sehingga vektor a dapat
ditulis :
a = ax i + ay j
dan besar vektor a adalah :
a = Ö ax 2 +
ay 2
- OPERASI VEKTOR
1.
Operasi penjumlahan
![]() |
A
A + B = ?
Tanda + dalam penjumlahan vektor mempunyai arti dilanjutkan.
Jadi A + B mempunyai arti vektor A dilanjutkan oleh vektor B.

B
A
A+B
Dalam operasi
penjumlahan berlaku :
a. Hukum
komutatif



A A
+ B = B + A
B
b. Hukum
Asosiatif



A
Opersai
pengurangan dapat dijabarkan dari opersai penjumlahan dengan menyatakan negatif
dari suatu vektor.
![]() |
|||
![]() |
|||
A -A
B
B - A = B + (-A)
B


B-A -A
Vektor secara
analitis dapat dinyatakan dalam bentuk :
A = Ax i + Ay
j + Az k dan
B = Bx i + By
j + Bz k
maka opersasi
penjumlahan/pengurangan dapat dilakukan dengan cara menjumlah/mengurangi
komponen-komponennya yang searah.
A + B = (Ax +
Bx) i + (Ay + By) j + (Az + Bz) k
A - B = (Ax -
Bx) i + (Ay - By) j + (Az - Bz) k
2.
Opersai Perkalian
a.
Perkalian vektor
dengan skalar
Contoh perkalian
besaran vektor dengan skalar dalam fisika : F = ma, p = mv, dsb dimana m :
skalar dan a,v : vektor. Bila misal A dan B adalah vektor dan k adalah skalar maka,
B = k A
Besar vektor B
adalah k kali besar vektor A sedangkan arah vektor B sama dengan arah vektor A
bila k positip dan berla-wanan bila k negatip. Contoh : F = qE, q adalah muatan
listrik dapat bermuatan positip atau negatip sehingga arah F tergantung tanda
muatan tersebut.
b.
Perkalian vektor dengan vektor.
a. Perkalian dot (titik)
Contoh dalam Fisika
perkalian dot ini adalah : W = F . s,
P = F . v, F = B . A.
Hasil dari perkalian ini
berupa skalar.
q
Bila C adalah skalar
maka
C = A . B
= A B cos q
atau dalam notasi vektor
C = A . B
= Ax Bx + Ay By + Az Bz
Bagaimana sifat
komutatif dan distributuf dari perkalian dot
b. Perkalian cross
(silang)
Contoh dalam Fisika
perkalian silang adalah : t = r x F,
F = q v x B, dsb
Hasil dari perkalian ini
berupa vektor.
Bila C merupakan besar
vektor C, maka
C = A x B
= A B sin q
atau dalam notasi vektor
diperoleh :
A x B = (AyBz - Az
By) i + (AzBx - AxBz) j + (AxBy - AyBx) k
Karena hasil yang
diperoleh berupa vektor maka arah dari vektor tersebut dapat dicari dengan arah
maju sekrup yang diputar dari vektor pertama ke vektor kedua.

i
i x j = k j
x j = 1 . 1 cos 90 = 0
k x j = - I dsb
Bagaimana sifat
komutatif dan distributif dari perkalian cross
D. OPERASI DASAR DUA
VEKTOR
a.
Perkalian Vektor dengan Skalar
Suatu
Vektor
dikalikan dengan suatu scalar m maka hasilnya ialah suatu vector m
. Besaran vector m
ialah m kali besaran vector
.
jika m> 0, maka Vektor
dan m
mempunyai arah sama, akan tetapi jika m< 0,
makakedua vector itu berlawanan arah.

a.
Pada gambar (i)
1.
Vector
dan 2
sejajar
dan searah , dan
=
2
2.
Vektor
dan -3
saling berlawanan arah, dan
=
3
b.
Pada Gambar (ii)
1.
Vector
dan 3
searah , sedangkan vector
dan -5
berlawanan arah.
2.
Vektor
dan
sejajar jika dan hanya jika
= m
, m ialah scalar.
3.
Jika vector
dan
jika tidak sejajar dan m
=
n
, maka m = 0 dan n = 0.
Contoh :
1.
Diketahui vector

Gambarlah tiap vector berikut.
1.
=
2 
2.
=
-3 
3.
=
-3/2 
4.
2
=
3 
Jawab :

1.
dan
mempunyai arah yang sama dan
=
2
2.
dan
berlawanan arah , tetapi
=
3
3.
dan
berlawanan arah ,dan
= 1 ½

4.
=
3
atau
=
3/2 
Sehingga
dan
mempunyai arah yang sama, dan
= 1 ½ |
.
2.
Penjumlahan Dua Vektor
a.
Jumlah dua vector searah
Jumlah dua vector
searah
dan
yang searah adalah suatu vector yang arahnya sama dan besar
vector sama dengan jumlah besar vector
dan
.
![]() |
b.
Jumlah dua vector yang berlainan arah
Resultan atau jumlah
dua buah vector pada umumnya dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu aturan
segitiga dan aturan jajargenjang. Untuk tiga buah vector atau lebih dapat
dilakukan dengan menggunakan aturan polygon
c.
Aturan segitiga
|
d.
Aturan jajargenjang

Gambar menunjukkan jumlah vector
dan
ditulis
+
, yaitu vector
.
Vector
adalah diagonal jajargenjang ABCD yang sisi –
sisi berdekatannya vector
dan
.
Perhatikan ∆ABC; jika vector
=
vector
, maka
Perhatikan ∆ADC; vector
=
vector
, maka
Jadi,
+
=
.
Dalam bentuk analitis, jika
=
[a1, a2, a3] dan
maka jumlah
dan
didefinisikan sebagai: 
Contoh :
1.
Pada gambar berikut diketahui
=
dan
=

a.
Gunakan aturan segitiga vector untuk menentukan titik C,
jika
= 2
+
3/2 
b.
Gunakan aturan jajrgenjang vector untuk menentukan titik P,
jika
=
3
+
2
.
Jawab :

a.
Lukislah
’ = 2
=2

Lukislah
=
3/2
=
3/2 
Maka
=
2
+
3/2 
b.
Lukislah
=
3
=
3 
Lukislah
=
2
=
2
Gambarlah jajrgenjang 
Maka
=
+ 
= 3
+
2
atau 2
+
3
e.
Pengurangan dua vector.
Pengurangan vector
dan vektor
dinyatakan sebagai
-
. Operasi ini sama dengan penjumlahan
vektor
dengan vector
yaitu :
E.
PERKALIAN SKALAR 2 VEKTOR (OPERASI DOT)
Hasil kali skalar dua vector
dinotasikan oleh
. misalkan vector
dan vector
membentuk sudut
,
maka perkalian scalar vector didefinisikan sebagai berikut:
Misalkan
dan
,
maka
dan
,
maka
Contoh:
·
Tentukan hasil kali
scalar vector a dan b jika
dan besar sudut antara vector a dan b adalah
.
Jawab:
·
.
F.
BESAR SUDUT ANTARA 2 VEKTOR
Dari
definisi
kita peroleh rumus besar sudut antara dua
vector berikut:
Contoh:
·
Misalkan
dan
.
Tentukan sudut yang dibentuk oleh vector
dan
.
dan
.
Tentukan sudut yang dibentuk oleh vector
Jawab:
·
, 
, 

Jadi, sudut yang dibentuk oleh vector
dan
adalah
.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar