A L

ardhi.lizet@yahoo.com @ardhi_lizet ardhi.lizet@gmail.com

Rabu, 15 Juli 2015

HAKIKAT MANUSIA



A.    HAKIKAT MANUSIA
Ilmu yang menyelidiki dan memandang manusia dari segi fisik “Antropologi Fisik”.Yang memandang manusia dari sudut pandangan budaya disebut “Antropologi Budaya”. Sedangkan yang memandang manusia dari segi “ada”nya atau dari segi “hakikat”nya disebut “Antropologi Filsafat”. Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu Apa, dari mana dan kemana manusia itu
Berbicara mengenai apa manusia itu, ada 4 aliran yaitu:
a.       Aliran serba zat
Mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat dari sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi, dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu hakikat manusia itu adalah zat atau materi. Manusia sebagai makhluk materi, maka pertumbuhannya berproses dari materi juga. Sel telur dari sang ibu bergabung dengan sel sperma dari sang ayah, tumbuh menjadi janin yang akhirnya kedunia sebagai manusia. Adapun apa yang disebut Ruh atau jiwa pikiran, perasaan(tanggapan, kemauan, kesadaran, ingatan, khayalan, asosiasi, penghayatan dan sebagainya)  dari zat atau materi yaitu sel-sel tubuh. Oleh karena itu manusia sebagai materi, maka keperluan-keperluannya juga bersifat materi, ia mendapatkan kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya dari materi, maka terbentuklah suatu sikap pandangan yang materialistis.

b.      Aliran serba ruh
Berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah “Ruh”, Juga hakikat manusia adalah ruh. Ruh adalah sesuatu yang tidak menempati ruang, sehingga tidak dapat disentuh atau dilihat oleh panca indra. Jadi berlawanan dengan zat yang menempati ruang betapapun kecilnya zat itu. Dasar pikiran dari aliran ini adalah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari ada materi. Hal ini dapat kita buktikan sendiri dalam kehidupan sehari-hari.



c.       Aliran dualisme
Mencoba untuk mengawinkan kedua aliran tersebut diatas. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani, badan dan ruh. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh juga sebaliknya ruh tidak berasal dari badan.
Berdasarkan kenyataan bahwa manusia itu mempunyai badan jasmani dan mempunyai roh, iwa atau rohani, ada beberapa pandangan tentang badan manusia:
1.      Pandangan idealisis tentang badan manusia
Pandangan ini mengatakan bahwa badan adalah sinar dari roh. Dalah hal ini roh diibaratkan sebagai listrik, badan adalah cahaya. Badan dan roh tidak pernah bertentangan satu sama lain. Badan seolah-olah tidak ada, yang ada hanyalah roh.
2.      Pandangan materialistis tentang badan manusia.
Pandangan ini dengan tegas  mengatakan yang ada hanya badan. Orang tidak perlu berfiir lebih lanjut apa dibalik badan itu. Yang tampak pada kita ialah bahwa manusia berbadan yang bersifat materi, yang terdiri dari darah, daging, tulang dan sebagainya seperti makhluk-makhluk hidup yang lain. Dengan begitu kesenangan, kebahagian atau sukarianya tidak dapat dilepaskan dari barang materi. Jadi seluruh manusia itu adalah jasmani.
3.      Pandangan ketiga ini berpendapat bahwa badan adalah merupakan mesuh dari roh. Antara badan dan roh selalu bertentangan satu sama lain. Badan dianggap menarik kebawah kejahatan. Pandangan ini biasanya juga dualistis artinya tidak memandang badan dan jiwa sebagai satu hal yang ada, melainkan sebagai dua hal yang berdiri sendiri.
4.      Pandangan keempat ini memandang badan manusia sebagai jasmani yang di “rohani”kan, atau rohani yang di “jasmani”kan. Badan bukan hanya materi. Daging kita tidak sama dengan daging sapi atau kambing. Pancaindera kita tidak sama dengan panca indera hewan. Jadi kejasmanian manusia itu dengan segala-galanya, jika dilihat kedudukannya dari keseluruhan manusia, tidak sama dengan kejasmanian hewan. Sebab jasmani manusia adalah jasmani yang dirohanikan atau dalam jasmani manusia itu ruh-lah yang menjasmani.


B.     PANDANGAN ISLAM TENTANG KEDUDUKAN MANUSIA
1.      Manusia sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam
Tuhan telah melengkapi manusia dengan potensi-potensi rohaniah yang lebih dari makhluk-makhluk hidup yang lain, terutama potensi akal, maka pada manusia juga dibebani tugas, disamping tugas untuk memanfaatkan alam ini dengan sebaik-baiknya juga tugas untuk memelihara dan melestarikan alam ini dan dilarang untuk merusaknya.

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (١٠)
Artinya:
Maka apabila telah selesai mengerjakan sembahyang, hendaklah kamu bertebaran di muka bumi ini dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyak,mudah-mudahan kamu peroleh kemenangan. (QS. Al-Jumah:10)
…..كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ (٦٠)
Artinya:
Makanlah kamu dan minumlah kamu daripada rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu berbuat bencana diatas bumi. (QS. Al-baqarah:60)

2.      Manusia sebagai peneliti alam dan dirinya untuk mencari tuhan
Allah memerintahkan pada manusia agar menggunakan akalnya, untuk mempelajari alam semesta dan dirinya sendiri, kecuali untuk kemanfaatan hidupnya, juga untuk dapat menggunakan nama Tuhannya yang telah menciptakan dirinya (beriman kepada Allah).
Firman Allah:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (١٦٤)


Artinya:
Sesunguhnya pada penciptaan sekalian langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, dan bahtera yang berlayar di lautan membawa yang bermanfaat bagi manusia dan apapun yang diturunkan oleh Allah dari langit daripada air, sehingga hiduplah bumi sesudah matinya, dan berkembang biaklah padanya dari tiap-tiap yang melata, dan perkisaran angin dan awan yang terkendali diantara langit dan bumi, semuanya itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berakal. (QS. Al-baqarah : 164)

ª!$#ur /ä3s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜœR ¢OèO ö/ä3n=yèy_ %[`ºurør& 4 $tBur ã@ÏJøtrB ô`ÏB 4Ós\Ré& Ÿwur ßìŸÒs? žwÎ) ¾ÏmÏJù=ÏèÎ/ 4 $tBur ㍣Jyèム`ÏB 9£JyèB Ÿwur ßÈs)Zムô`ÏB ÿ¾Ín̍ßJãã žwÎ) Îû A=»tFÏ. 4 ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ n?tã «!$# ׎Å¡o ÇÊÊÈ  

Artinya:
Allah yang menjadikan kamu daripada tanah, kemudian itu daripada air mani, lantas dijadikan-Nya kamu berpasang-pasangan. Tidak adalah yang dikandung perempuan dan yang dilahirkannya, melainkan dengan pengetahuan Allah. Begitu pula tidak ada umur seorang panjang dan tidak pula kurang, melainkan semuanya itu termaktub dalam kitab Allah. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi-Nya. (QS. Al-fathir:11)

3.      Manusia sebagai khalifah (penguasa) di muka bumi
Manusia diberi kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa, pengatur kehidupan di muka bumi ini.
Firman Allah:

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (١٦٥)
Artinya:
Dialah yang menetapkan kamu menjadi khalifah-khalifah di muka bumi, dan ditinggikannya sebagian kamu daripada yang sebagian beberapa derajat untuk mencobaimu dari hal apa saja yang diberikan-Nya padamu. Sesungguhnya siksaan Tuhan engkau amat lekas dan sesungguhnya Tuhan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-An’am:165)

4.      Manusia sebagai makhluk yang paling tinggi dan paling mulia
Firman Allah:
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (٤)
Artinya:
Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia itu dalam sebaik-baik kejadian. (QS. At-thin:4)

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا (٧٠)
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak Adam dan kami beri mereka kendaraan di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan Kami benar-benar melebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-isra’:70)

5.      Manusia sebagai hamba Allah
Kedudukan sebagai hamba Allah ini memang menjadi tujuan Allah menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
Firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)
Artinya:
Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku. (QS.Adz-Dzariyat:56)

وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (٨٣)
Artinya:
Dan kepada-Nya lah menyerah diri apa-apa yang dilangit dan di bumi suka dan dengan terpaksa dan kepada-Nya mereka akan dikembalikan. (QS.Ali Imran:83)

6.      Manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab
Setelah dengan kemampuan akalnya manusia meneliti dunianya dan dirinya sendiri, dan kemudian mengerti bahwa hakikat diciptakannya manusia dan alam semesta ini semata-mata untuk menyembah kepada Tuhan, maka sebagai konsekuensi diberikan kedudukan yang istimewa oleh Tuhan pada manusia seperti tersebut diatas, maka manusia juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa-apa yang dilakukan diatas dunia ini, kelak di akhirat.
Firman Allah:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (٨)
Artinya:
Kemudian, sesungguhnya kamu akan diperiksa di hari itu dari segala nikmat yang telah kamu terima. (QS.At-Takatsur:8)

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٢٤)يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ (٢٥)
Artinya:
Pada hari itu, lidah, tangan dan kaki mereka sendiri akan menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan yang elah mereka lakukan. Pada hari itu Allah akan memberi balasan kepada mereka dengan balasan yang setimpal dan tahulah mereka bahwa Allah itulah yang benar dan Ia telah cukup memberikan keterangan. (QS. An-Nur:24-25)

7.      Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik
Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dapat dipahami dari firman Allah sebagai berikut:
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا
Artinya:
Dan tuhan mengajarkan kepada Adam nama-nama segalanya. (QS.A-Baqarah:31)

            Sedangkan manusia sebagai makhluk mendidik, dapat dipahami dari firman Allah yang mengisahkan bagaimana Luqman mengajar anaknya sebagai berikut:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣)



Artinya:
Perhatikanlah ketika berkata Luqman kepada anaknya sedang ia memberi pelajaran kepadanya, katanya: Hai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan Allah itu keaniayaan yang besar. (QS.Luqman:13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar