A.
HAKIKAT MANUSIA
Ilmu yang
menyelidiki dan memandang manusia dari segi fisik “Antropologi Fisik”.Yang
memandang manusia dari sudut pandangan budaya disebut “Antropologi Budaya”.
Sedangkan yang memandang manusia dari segi “ada”nya atau dari segi “hakikat”nya
disebut “Antropologi Filsafat”. Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat
manusia inilah yang menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha mencari
jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu
Apa, dari mana dan kemana manusia itu
Berbicara
mengenai apa manusia itu, ada 4 aliran yaitu:
a.
Aliran serba
zat
Mengatakan
bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat atau materi
itulah hakikat dari sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi, dan manusia
adalah unsur dari alam. Maka dari itu hakikat manusia itu adalah zat atau
materi. Manusia sebagai makhluk materi, maka pertumbuhannya berproses dari
materi juga. Sel telur dari sang ibu bergabung dengan sel sperma dari sang
ayah, tumbuh menjadi janin yang akhirnya kedunia sebagai manusia. Adapun apa
yang disebut Ruh atau jiwa pikiran, perasaan(tanggapan, kemauan, kesadaran,
ingatan, khayalan, asosiasi, penghayatan dan sebagainya) dari zat atau materi yaitu sel-sel tubuh.
Oleh karena itu manusia sebagai materi, maka keperluan-keperluannya juga
bersifat materi, ia mendapatkan kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya dari
materi, maka terbentuklah suatu sikap pandangan yang materialistis.
b.
Aliran serba
ruh
Berpendapat
bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah “Ruh”, Juga hakikat
manusia adalah ruh. Ruh adalah sesuatu yang tidak menempati ruang, sehingga
tidak dapat disentuh atau dilihat oleh panca indra. Jadi berlawanan dengan zat
yang menempati ruang betapapun kecilnya zat itu. Dasar pikiran dari aliran ini
adalah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari ada materi. Hal
ini dapat kita buktikan sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Aliran dualisme
Mencoba
untuk mengawinkan kedua aliran tersebut diatas. Aliran ini menganggap bahwa
manusia itu pada hakatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani,
badan dan ruh. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang
adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh juga
sebaliknya ruh tidak berasal dari badan.
Berdasarkan
kenyataan bahwa manusia itu mempunyai badan jasmani dan mempunyai roh, iwa atau
rohani, ada beberapa pandangan tentang badan manusia:
1.
Pandangan
idealisis tentang badan manusia
Pandangan
ini mengatakan bahwa badan adalah sinar dari roh. Dalah hal ini roh diibaratkan
sebagai listrik, badan adalah cahaya. Badan dan roh tidak pernah bertentangan
satu sama lain. Badan seolah-olah tidak ada, yang ada hanyalah roh.
2.
Pandangan
materialistis tentang badan manusia.
Pandangan
ini dengan tegas mengatakan yang ada
hanya badan. Orang tidak perlu berfiir lebih lanjut apa dibalik badan itu. Yang
tampak pada kita ialah bahwa manusia berbadan yang bersifat materi, yang
terdiri dari darah, daging, tulang dan sebagainya seperti makhluk-makhluk hidup
yang lain. Dengan begitu kesenangan, kebahagian atau sukarianya tidak dapat
dilepaskan dari barang materi. Jadi seluruh manusia itu adalah jasmani.
3.
Pandangan
ketiga ini berpendapat bahwa badan adalah merupakan mesuh dari roh. Antara
badan dan roh selalu bertentangan satu sama lain. Badan dianggap menarik
kebawah kejahatan. Pandangan ini biasanya juga dualistis artinya tidak
memandang badan dan jiwa sebagai satu hal yang ada, melainkan sebagai dua hal
yang berdiri sendiri.
4.
Pandangan
keempat ini memandang badan manusia sebagai jasmani yang di “rohani”kan, atau
rohani yang di “jasmani”kan. Badan bukan hanya materi. Daging kita tidak sama
dengan daging sapi atau kambing. Pancaindera kita tidak sama dengan panca
indera hewan. Jadi kejasmanian manusia itu dengan segala-galanya, jika dilihat
kedudukannya dari keseluruhan manusia, tidak sama dengan kejasmanian hewan.
Sebab jasmani manusia adalah jasmani yang dirohanikan atau dalam jasmani
manusia itu ruh-lah yang menjasmani.
B.
PANDANGAN ISLAM
TENTANG KEDUDUKAN MANUSIA
1.
Manusia sebagai
pemanfaat dan penjaga kelestarian alam
Tuhan telah melengkapi manusia
dengan potensi-potensi rohaniah yang lebih dari makhluk-makhluk hidup yang
lain, terutama potensi akal, maka pada manusia juga dibebani tugas, disamping
tugas untuk memanfaatkan alam ini dengan sebaik-baiknya juga tugas untuk
memelihara dan melestarikan alam ini dan dilarang untuk merusaknya.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا
مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (١٠)
Artinya:
Maka apabila telah selesai mengerjakan sembahyang, hendaklah kamu
bertebaran di muka bumi ini dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
sebanyak-banyak,mudah-mudahan kamu peroleh kemenangan. (QS. Al-Jumah:10)
…..كُلُوا
وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ (٦٠)
Artinya:
Makanlah kamu
dan minumlah kamu daripada rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat bencana diatas bumi. (QS. Al-baqarah:60)
2.
Manusia sebagai
peneliti alam dan dirinya untuk mencari tuhan
Allah memerintahkan pada manusia agar menggunakan akalnya, untuk
mempelajari alam semesta dan dirinya sendiri, kecuali untuk kemanfaatan
hidupnya, juga untuk dapat menggunakan nama Tuhannya yang telah menciptakan
dirinya (beriman kepada Allah).
Firman
Allah:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ
وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ
مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ
وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ (١٦٤)
Artinya:
Sesunguhnya pada penciptaan sekalian langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang, dan bahtera yang berlayar di lautan membawa yang
bermanfaat bagi manusia dan apapun yang diturunkan oleh Allah dari langit
daripada air, sehingga hiduplah bumi sesudah matinya, dan berkembang biaklah
padanya dari tiap-tiap yang melata, dan perkisaran angin dan awan yang
terkendali diantara langit dan bumi, semuanya itu adalah tanda-tanda kebesaran
Allah bagi kaum yang berakal. (QS. Al-baqarah : 164)
ª!$#ur /ä3s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜR ¢OèO ö/ä3n=yèy_ %[`ºurør& 4
$tBur ã@ÏJøtrB ô`ÏB 4Ós\Ré& wur ßìÒs? wÎ) ¾ÏmÏJù=ÏèÎ/ 4
$tBur ã£Jyèã `ÏB 9£JyèB wur ßÈs)Zã ô`ÏB ÿ¾ÍnÌßJãã wÎ) Îû A=»tFÏ. 4
¨bÎ) y7Ï9ºs n?tã «!$# ×Å¡o ÇÊÊÈ
Artinya:
Allah yang menjadikan kamu daripada tanah, kemudian itu daripada
air mani, lantas dijadikan-Nya kamu berpasang-pasangan. Tidak adalah yang
dikandung perempuan dan yang dilahirkannya, melainkan dengan pengetahuan Allah.
Begitu pula tidak ada umur seorang panjang dan tidak pula kurang, melainkan
semuanya itu termaktub dalam kitab Allah. Sesungguhnya yang demikian itu mudah
bagi-Nya. (QS. Al-fathir:11)
3.
Manusia sebagai
khalifah (penguasa) di muka bumi
Manusia diberi kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa, pengatur
kehidupan di muka bumi ini.
Firman
Allah:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ
فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ
الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (١٦٥)
Artinya:
Dialah yang menetapkan kamu menjadi khalifah-khalifah di muka bumi,
dan ditinggikannya sebagian kamu daripada yang sebagian beberapa derajat untuk
mencobaimu dari hal apa saja yang diberikan-Nya padamu. Sesungguhnya siksaan
Tuhan engkau amat lekas dan sesungguhnya Tuhan Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-An’am:165)
4.
Manusia sebagai
makhluk yang paling tinggi dan paling mulia
Firman
Allah:
لَقَدْ
خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (٤)
Artinya:
Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia itu dalam sebaik-baik
kejadian. (QS. At-thin:4)
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ
مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا (٧٠)
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak Adam dan kami beri mereka
kendaraan di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan
Kami benar-benar melebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan. (QS. Al-isra’:70)
5.
Manusia sebagai
hamba Allah
Kedudukan sebagai hamba Allah ini memang menjadi tujuan Allah
menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
Firman
Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)
Artinya:
Tidaklah aku
ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.
(QS.Adz-Dzariyat:56)
…وَلَهُ أَسْلَمَ
مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (٨٣)
Artinya:
Dan kepada-Nya
lah menyerah diri apa-apa yang dilangit dan di bumi suka dan dengan terpaksa
dan kepada-Nya mereka akan dikembalikan. (QS.Ali Imran:83)
6.
Manusia sebagai
makhluk yang bertanggung jawab
Setelah dengan kemampuan akalnya manusia meneliti dunianya dan
dirinya sendiri, dan kemudian mengerti bahwa hakikat diciptakannya manusia dan
alam semesta ini semata-mata untuk menyembah kepada Tuhan, maka sebagai
konsekuensi diberikan kedudukan yang istimewa oleh Tuhan pada manusia seperti
tersebut diatas, maka manusia juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
apa-apa yang dilakukan diatas dunia ini, kelak di akhirat.
Firman
Allah:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (٨)
Artinya:
Kemudian, sesungguhnya kamu akan diperiksa di hari itu dari segala nikmat
yang telah kamu terima. (QS.At-Takatsur:8)
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ
بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٢٤)يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ
الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ (٢٥)
Artinya:
Pada hari itu, lidah, tangan dan kaki mereka sendiri akan menjadi
saksi atas perbuatan-perbuatan yang elah mereka lakukan. Pada hari itu Allah
akan memberi balasan kepada mereka dengan balasan yang setimpal dan tahulah
mereka bahwa Allah itulah yang benar dan Ia telah cukup memberikan keterangan.
(QS. An-Nur:24-25)
7.
Manusia sebagai
makhluk yang dapat dididik dan mendidik
Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dapat dipahami dari
firman Allah sebagai berikut:
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا…
Artinya:
Dan tuhan mengajarkan kepada Adam nama-nama segalanya.
(QS.A-Baqarah:31)
Sedangkan
manusia sebagai makhluk mendidik, dapat dipahami dari firman Allah yang
mengisahkan bagaimana Luqman mengajar anaknya sebagai berikut:
وَإِذْ قَالَ
لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣)
Artinya:
Perhatikanlah
ketika berkata Luqman kepada anaknya sedang ia memberi pelajaran kepadanya,
katanya: Hai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya
menyekutukan Allah itu keaniayaan yang besar. (QS.Luqman:13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar