B. Rumusan
Masalah
Sesuai
dengan latar belakanag yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di rumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Psikologi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Perhatian
Psikologi Umum ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pengamatan
Psikologi Umum ?
4. Bagaimana Tanggapan mengenai
Psikologi Umum ?
C. Tujuan
Pembahasan
Sesuai
dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka adapun tujuan dari
pembuatan makalah tentang bab Perhatian, Pengamatan dan Tanggapan Psikologi
Umum ini, yaitu:
1. Mahasiswa dan mahasiswi mampu
memahami arti dari Psikologi itu sendiri.
2. Mahasiswa dan mahasiswi mampu
memahami tentang perhatian dari psikologi umum ini.
3. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengamati
psikologi umum ini.
4. Mahasiswa dan mahasiswi mampu
memberikan tanggapan tentang psikologi umum ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang sudah mulai berkembang
sejak abad 17 dan 18 serta nampak pesat kemajuannya pada abad 20. Pada awalya
ilmu ini adalah
bagian daripada filsafat sebagaimana pula ilmu-ilmu
yang lain seperti misalnya ilmu hukum tatanegara maupun ilmu ekonomi, namun
kemudian memisahkan diri dan berdiri sebagai ilmu tersendiri[1][1].
Semuanya itu bersumber dari tuhan
yang maha esa sebagai pencipta segala sesuatu,dan hasil ciptaan itulah yang
menjadi obyek atau sasaran dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Karenanya
sebagai sumber ilmu pengetahuan adalah tuhan yang Maha Esa. Yang lahir pertama
kali adalah filsafat, yang membahas hakekat segala sesuatu. Dari padanya
lahirlah berbagai cabang ilmu pengetahuan, oleh karna itu dalam semua ilmu-ilmu
yang telah memisahkan diri dari filsafat itu akan dijumpai tokoh-tokoh filsafat
kuno seperti, socrates, plato dan aristoteles yang ikut mengembangkan fikiran
dan penemuannya dalam ilmu-ilmu tersebut sehinga tokoh-tokoh nanti akan
dijumpai juga dalam mempelajari psikologi serta cabang-cabang psikologi[2][2].
“Psikologi“
berasal dari perkataan Yunani ”Psyche” yang
artinya jiwa, dan ”Logos” yang
artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun
latarbelakangnya[3][3].
Menurut
Rosleny Marliany[4][4] psikologi dapat diartikan ilmu
jiwa. Makna ilmu jiwa bukan mempelajari jiwa dalam pengertian jiwa sebagai soul atau roh, tetapi lebih mempelajari kepada gejala-gejala yang tampak dari
manusia yang ditafsirkan sebagai latar belakang kejiwaan seseorang atau spirit
dari manusia sebagai mahluk yang berjiwa.
Psikologi
juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat kejiwaan manusia
dengan cara mengkaji sisi perilaku dan kepribadiannya, dengan pandangan bahwa
setiap perilaku manusia berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya[5][5].
Sesungguhnya tiap-tiap orang perlu
sekali mengetahui dasar Ilmu jiwa umum, dalam pergaulan hidup sehari-hari, Ilmu
jiwa perlu sebagai dasar pengetahuan untuk dapat memahami jiwa orag lain. Kita
dapat mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati. Gambaran ingatan dari
sesuatu pengamatan disebut tanggapan, pemakalah disini akan mengupas habis
tentang masalah tanggapan dan hal-hal yang ada disekitarnya.
B. Perhatian
Perhatian
diambil dan dimliki oleh pikiran, perhatian tersebut dicerna dalam bentuk yang
jelas dan tajam, pencernaan perhatiaan tersebut salah satunya dapat
dimungkinkan secara bersamaan atau banyak objek, bisa disebut juga kereta
pemikiran karena bisa diakukan berulang-ulang. Banyak objek yang dimaksud yaitu
banyak yang diperhatikan. Karena kita banyak perhatian ke banyak objek maka
kita akan setres[6][6].
Perhatian
adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Perhatian
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian
perasaan seperti juga pada proses pengamatan. Bahakan orang dapat tiba, tiba
merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan
cara-cara bertingkah laku menarik baginya[7][7].
Perhatian
dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain. Proses perhatian kadang-kadang tidak berjalan atas dasar logis
rasional, melainkan berdasakan penilaian perasaan. Salah satu contohnya orang
tiba-tiba tertarik dengan orang lain, seakan-akan dengan sendirinya.
Tertariknya ini tidak pada salah satu cirri tertentu dengan orang itu, tapi
keseluruhan cirri pola tingkah lakunya[8][8].
Proses
perhatian dapat pula berjalan secara perlahan-lahan secara sadar dan cukup
nyata dalam hubungan dua atau lebih orang. Misalnya hubungan cinta kasih antara
manusia, biasanya didahului dengan perhatian. Dengan demikian perhatian hanya
akan berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau
lebih, bila terdapat saling pengertian[9][9].
Tokoh-tokoh
teori individualism, Adam Smith (1759) dan Herbert Spencer (1870) menerangkan
Prinsip-prinsip perhatian untuk menerangkan tindakan-tindakan yang semata-mata
mengejar keuntungan sendiri atas dasar pikiran, tetapi juga dikemudikan oleh
perhatian terhadap orang lain, yang tanpa itu sebenarnya kehidupan sosial itu
tidak mungkin ada[10][10].
1. Yang menimbulkan respons yang cepat
hamper seperti reflex. Misalnya :
· Kalau
kita melihat orang dipukul tongkat dengan keras kita merasa ngeri.
· Bila
kita melihat pemain akrobat yang sedang berjalan di atas tali yang tinggi,kita
merasa tegang.
· Jika
melihat demontrasi terjun paying yang tidak mengembang, kita memejamkan mata.
2. Yang sifatnya lebih intelektual kita
dapat perhatian terhadap seseorang, meskipun kita tidak merasakan sebagai yang
ia rasakan. Kita akan mengucapkan syukur dan menyatakan perhatian bila
seseorang berhasil dalam usahanya, walaupun kita sendiri tidak berhasil atau
susah.
1. Prespectively presentative yang
cepat seperti reflex.
2. Representative (yang sadar
refleksif).
Theodore
Ribot[13][13] (1897) pengarang buku yang berjudul
Psychology of the Emotion, ia
menekankan pada peranan perhatian yang dikatakan sebagai a foundation of all social existence. Ribot membagi perhatian menjadi
3, yaitu :
1. Type primitive atau otomatis, yang
dapat diterangkan dengan respon
bersyarat.
2. Refleksif, yang mana seseorang sadar
dalam dirinya terhadap keadaan jiwanya. Ia tahu, bahwa ia merasa apa yang
dirasakan orang lain, biarpun ia sendiri tidak mengalaminya.
3. Type yang intelektual, yaitu rasa
setia, rasa toleran, dan philantropi: bentuk ini tidak diarahkan pada orang
tertentu, tetapi mempunyai corak-corak yang lebih umum dan abstrak.
1. Einfuhlung,
yaitu proses yang primitif, proses
refleks sepertiyang dikatakan oleh smith, Spencer, Ribot, dan lain-lain. Jika
diterjemahkan dalam bahasa inggris mungkin dengan kata: empathy yang menunjukan
motor tiruan, yang tidak didasarkan padadasar pikiran.
2. Meiteinander
fuhlung. Yang
menekankan pada pengertian “perasaan spontan” yaitu kalau dua orang atau lebih
bereaksi dengan cara yang sama pada rangsangannya yang sama (misalnya
reaksiyangdiberikan penonton bioskop).
3. Gefuhls
anstechung.
Menunjukan tertekannya perasaan melalui induksi dan tidak sosial seperti mobs.
4. Einsfuhlung.Yaitu kalau terjadi pengamatn
perasaan misalkan anak bermain boneka mengamati ibunya.
5. Nachfuhlung. Ini lebih disadari dan dibedakan seperti
pernyataan: “saya tahu apa yang engkau rasakan”. Dalam hal semacam ini kita
dapat membedakan dengan jelas perasaan kita sendiri dengan perasaan orang lain.
6. Mitgefuhl. Yaitu bila orang dapat dengan tepat
menimbang perasaan orang lain dan biasanya menilainya secara positif.
7. Menshenliebe. Yaitu kalau orang tidak hanya
mengetahui keadaan jiwa orang lain, tetapi menaruh hormat kepadanya.
8. Akomische
Person und Gottes liebe.
Yaitu perhatian yang mistis yang menjadi dasar religi dan pandangan hidup
kesatuan jiwa dengan Tuhan.
Jadi
menurut Prof. F. Patty dkk menyimpulkan bahwa perhatian harus bertumpu / Fokus
pada satu objek agar perhatian tersebut dapat menghasilkan out put atau
informasi yang jelas. Dengan demikian kecepatan dan kemudahan menemukan
informasi akan dapat diperoleh[15][15].
C. Pengamatan
Pengamatan
dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik
secara lahiriah maupun secara batiniah. Misalnya pengamatan seorang anak
laki-laki untuk menjadi sama seperti ayahnya atau seorang anak perempuan untuk
menjadi sama dengan ibunya. Proses pengamatan ini mula-mula berlangsung secara
tidak sadar (secara dengan sendirinya) kemudian irrasional, yaitu berdasarkan
perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak
diperhitungkan secara rasional, dan yang ketiga pengamatan berguna untuk
melengkapi system norma-norma, cita-cita dan pedoman-pedoman tingkah laku orang
yang mengidentifikasi itu[16][16].
Menurut
Agus Sujanto[17][17] dalam bukunya yang berjudul
Psikologi Umum mengatakan bahwa pengamatan dalam psikologi adalah proses
mengenal dunia luar dengan menggunakan indera. Mengamati sesuatu dengan
menggunakan alat-alat indra kita. Yaitu :
1. Indra penglihatan.
2. Indra pendengar.
3. Indra pembau.
4. Indra perasa atau pengecapan.
5. Indra peraba.
6. Indra keseimbangan.
7. Indra perasa urat daging
(kinestesi).
8. Indra perasa jasmaniah (organis).
1. Saat alami (saat physis) : saat
indra kita menerima perangsang dari alam luar.
2. Saat jasmani (saat physiologis) :
saat perangsang itu diteruskan oleh urat syaraf sensorik ke otak.
3. Saat rohani (saat psychis) : saat
sampainya perangsang itu ke otak, kita menyadari perangsang itu dan bertindak.
1. Ada perhatian kita kepada perangsang
itu.
2. Ada perangsang yang mengenai alat
indera kita.
3. Urat syaraf sensoris harus dapat
meneruskan perangsang itu ke otak.
4. Kita dapat menyadari perangsang itu.
D. Tanggapan
Secara tepat tanggapan belum bisa
didefenisikan. Hanya dapat didefinisikan secara garis besar dan bersifat umum.
Jadi tanggapan adalah gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita
sesudah mengamati[20][20].
Penanggapan itu umumnya ialah
pengalaman kembali atau pengahajatan kembali bekas-bekas yang diterima dahulu
dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali dalam kesadaran. Jadi
tanggapan ialah bekas atau gambaran dari sesuatu pengamatan, yang tinggal dalam
lubuk jiwa kita sehingga boleh disebut gambaran ingatan[21][21].
Tanggapan erat hubungannya dengan
berfungsinya ingatan, ketetapan dan kejelasan. Tanggapan tergantung pada
derajat kompleksitas situmulus yang asli dan pada ketelitian pengamatan indra,
serta pada faktor ingatan yaitu[22][22] :
1. Tanggapan Reproduksi
Suatu tanggapan dianggap sebagai
reproduktif, bila tanggapan itu menunjukkan pengingatan kembali suatu benda,
kejadian, atau situasi, yang memberikan suatu pengalaman sensoris atau
pengamatan masa lalu. Setiap hal dari pengindraan dapat terlibat. Suatu
tanggapan ingatan mungkin berupa pendengaran, penglihatan, suhu. Rasa sakit,
penciuman, atau kinestesis.
Suatu tanggapan yang diiangat tentang
pngalaman-pengalaman lalu cenderung berbeda-beda dalam kejelasannya sesuai
dengan kesederhanaa nya atau kekompleksannya, dan juga sesuai dengan jumlah
pengalaman mengenai situasi pengindraan yang asli. Misalnya, tanggapan uang
logam lima sen akan jauh lebih jelas untuk sebagian besar orang-orang dari pada
ruang tamu seorang teman.
2. Tanggapan Imaginer
Tanggapan bukanlah selalu hanya reproduksi
pengalaman-pengalaman lalu. Banyak gambaran-gambaran mental (Tanggapan) adalah
hasil dari suatu syntese pengalaman-penglaman masa lalu, hal ini disebut
tanggapan imaginer yang berdasar kepada penglaman-penglaman lalu, tetapi yang
mengambil suatu bentuk baru dan dapat dianggap sebagai “Penemuan, pembacaan
hasil-hasil fiktif (khayalan dan arsitik) adalah contoh-contoh dari jenis
tanggapan ini. Mimpi malam dan siang hari meliputi tanggapan reprodukti dan
sintetis.
3. Tanggapan Halusinasi
Unsur-unsur emosi mimpi menjadi faktor-faktor yang kuat
dalam perkembangan halusinasi. Tanggapan halusinasi meliputi pembentukan
gambaran-gambaran yang tak berhubungan dengan kenyataan tetapi yang di proyeksi
kepada dunia yang nyata. Dalam bentuk-bentuk tartuntu gangguan emisional yang
keras, misalnya, pasien dapat melapurkan melihat malaikat atau mendengar
suara-suaranya.
4. Tanggapan Editis
Ada sementara orang yang sudah
mengamati sesuatu mendapatkan tanggapan yang sangat jelas dan ingat betul
sampai mendetail. Tanggapannya sangat terang seterang pengamatan. Tanggapan
semacam ini disebut Tanggapan Editis.
Menurut prosesnya, tanggapan
berlainan dengan pengamatan. Ada perbedaan antara pengamatan dan tanggapan[23][23], diantaranya yaitu :
1. Pengamatan masih memerlukan perangsang, sedang tanggapan
tidak lagi.
2. Pengamatan memerlukan tempat dan waktu tertentu, sedangkan
tanggapan tidak lagi.
3. Pengamatan lebih jelas daripada tanggapan.
Adapun persamaan di antara tanggapan
dan pengamatan. Persamaannya yaitu keduanya berlangsung selama masih ada
perhatian dan bersifat perseorangan[24][24].
Dengan indra kita dapat mengamati
segala sesuatu. Sehingga di dalam kesadaran kita tinggalah tanggapan. Karena
itu kita dapat mengingat kembali apa yang kita indra. Tiap-tiap orang mempunyai
tanggapan sendiri-sendiri, biasanya digolongkan menjadi beberapa tipe,
diantaranya yaitu[25][25] :
1. Tipe visual. Artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik
sekali bagi apa yang telah dilihatnya.
2. Tipe auditif. Artinya orang itu dapat mengingat dengan baik
sekali bagi apa yang telah didengarnya.
3. Tipe motorik. Artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik
sekali bagi apa yang telah dirasakan geraknya.
4. Tipe taktil. Artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik
buat segala yang telah dirabanya.
5. Tipe campuran. Artinya kekuatan tiap-tiap indera sama saja,
dan mempunyai ingatan yang sama kuatnya buat segala yang telah pernah di
inderanya.
Dengan tanggapan kita dapat mengasosiasi dan mereproduksi.
Dalam artian mengasosiasi adalah sangkut paut antara tanggapan-tanggapan dan
saling mereproduksi. Sedangkan mereproduksi adalah daya jiwa kita yang dapat
menimbulkan tanggapan-tanggapan kesadaran kita[26][26].
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai
dengan pemaparn yang telah dijelaskan di atas. Maka dapat kami simpulkan
sebagai berikut :
1. Psikologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun
latar belakangnya.
2. Perhatian merupakan perasaan
tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Perhatian timbul tidak
atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti
juga pada proses pengamatan.
3. Pengamatan dalam psikologi adalah
proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera.
4. Didefinisikan secara garis besar dan
bersifat umum bahwa tanggapan adalah gambaran pengamatan yang tinggal di
kesadaran kita sesudah mengamati.
B. Rekomendasi
Dalam
pembahasan Perhatian,Pengamatan dan Tanggapan Psikologi Umum ini tentu kita
sebagai mahluk individual dan sosial tidak akan lepas sesuai dengan apa yang
kita rasakan. Ternyata jiwa yang kita rasakan ini berawal dari perhatian
terhadap jiwa, kemudian kita mengamati dan mampu memberikan tanggapan. Namun
kita harus dapat mengolah jiwa ini dengan baik agar jiwa kita ini bisa menjadi
baik.
Kami
minta maaf kepada semua pihak apabila dalam penyusunan makalah ini masih ada
kata atau apa saja yang menyinggung perasaan pembaca. Kami selaku penyusun akan
menerima kritikan dan saran dari pembaca dengan lapang dada dengan tujuan agar
makalah ini bisa lebih baik lagi. Amin.Lampiran
1
DAFTAR PUSTAKA
Patty MA, Prof. F. Dkk. 1982. Pengantar Psikologi
Umum. Usaha Nasional : Surabaya.
Marliany, Rosleny. 2010. Psikologi
Umum. CV Pustaka Setia : Bandung.
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi
Sosial. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Sujanto, Agus. 2005. Psikologi
Umum. Pustaka Bani Quraisy : Bandung.
Ardhana, Sudarsono. 1963. Pokok-Pokok Ilmu Jiwa Umum.
Usaha Nasional : Surabaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikologi
Secara etimologis, “Psikologi” berasal dari bahasa yunani
Psyche yang berarti “jiwa” dan Logos yang artinya “Ilmu” atau “Ilmu”
pengetahuan. “Dengan” demikian “psikologi” dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang jiwa atau secara singkat bisa disinonimkan dengan istilah
“Ilmu Jiwa”. Hanya saja dalam perkembangannya lebih lanjut psikologi tidak
menjadikan “jiwa” sebagai objek kajian, mungkin lebih tepat dikatakan sebagai
mengkaji gejala-gejala kejiwaan yang muncul dalam tingkah laku manusia.[1]
Dari uraian singkat diatas, kita bisa menarik sebuah
pengertian bahwa “psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
penghayatan dan tingkah laku manusia yang normal, dewasa, dan berbudaya”.[2]
Menurut Dr. Kartini Kartono dalam bukunya Psikologi umum, psikologi
adalah Ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (Jiwani)
manusia.[3]
B.
Ruang Lingkup Psikologi
Sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari penghayatan dan
tingkah laku manusia, lingkup kajian psikologi memiliki ruang yang luas
mencakup semua bentuk tingkah laku manusia. Secara sistematis lingkup kajian
psikologi dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
1.
Psikologi Umum
Psikologi umum adalah suatu ilmu yang mengambil lingkup
kajian pada penghayatan dan tingkah laku individu secara umum, artinya mencakup
semua tingkatan usia semua jenis kelamin, kelompok, suku bangsa, ras, dan semua
fase perkembangan psikologis manusia.[4]
2.
Psikologi Khusus
Psikologi khusus adalah suatu cabang psikologi yang
mengambil fokus kajiannya pada tingkah laku individu dalam suatu situasi yang
khusus, baik untuk tujuan teoristis maupun praktik. Ia dapat dibagi menjadi dua
bagian, antara lain :
a.
Psikologi Teoristis : yaitu kajian
psikologi yang diarahkan pada pengembangan dan penemuan teori baru, baik teori
yang berhubungan dengan persooalan tingkah laku secara umum, maupun untuk
kasus-kasus khusus.
b.
Psikologi praktis : sesuai dengan
namanya kajian psikologi praktis diarahkan untuk kepentingan-kepentingan
lapangan secara praktis. Maka dari itu psikologi praktis dibagi menjadi
beberapa golongan. Secara sistematik yang tergolong psikologi praktis adalah :
1)
Psikologi Perkembangan : dengan
fokus pada tingkah laku individu dalam proses perkembangannya. Dalam hal ini
fase-fase perkembangan individu diperhatikan secara khusus dan akhirnya
menjadiakan psikologi perkembangan mengklasisifikasikan dirinya dalam tiga
spesifikasi khusus antara lain : psikologi perkembangan anak, psikologi dewasa,
dan pskologi lanjut.
2)
Psikologi Pendidikan : dengan fokus
pada mempelajari tingkah laku individu dalam sebuah proses pendidikan.
3)
Psikologi Kepribadian : dengan fokus
pada masalah-masalah kepribadian.
4)
Psikologi Kriminal : dengan fokus
pada masalah-masalah yang berhubungan dengan kejahatan-kejahatan.
5)
Psikologi Industri : dengan fokus
mempelajari tingkah laku individu dengan situasi lapangan industri.
6)
Psikologi Differensial : dengan
fokus pada mempelajari perbedaan-perbedaan-perbedaan bentuk tingkah laku dalam
berbagai macam aspek.
7)
Psikologi Komparatif : dengan fokus
mempelajari perbandingan tingkah laku manusia dengan tingkah laku hewan atau binatang.
8)
Psikologi Abnormal : dengan fokus
mempelajari tingkah laku seseorang yang tergolong kepada kelompok abnormal.
9)
Psikologi Sosial : dengan fokus
mempelajari kegiatan-kegiatan tingkah laku yang berhubungan dengan
situasi-situasi sosial atau interaksi sosial diantara sesama manusia dalam
menghasilkan kebudayaan.
10)
Psikologi Pastoral : dengan fokus
mempelajari cara-cara pengikut suatu agama serta menyakinkan pengkutnya kepada
ajaran-ajaran agamanya. Umumnya ilmu ini dipelajari oleh pemimpin-pemimpin
agama seperti, para pastor dan ulama’.
11)
Psikologi Klinis (pengobatan) :
dengan fokus mempelajari gejala-gejala kejiwaan yang berhubungan dengan
penyembuhan penyakit.
12)
Psikoterapi : dengan fokus
mempelajari tata cara pengobatan cacat-cacat jiwa dengan berbagai metode,
misalnya : hypnose, psikoanalisa atau ungkapan-ungkapan jiwa dan cara lainnya,
termasuk dalam psikologi klinis.
13)
Psikoteknik : dengan fokus
mempelajari tata cara menetapkan pribadi seseorang (individu) dan kecakaannya
uantk memegang jabatan tertentu.
C.
Metode-metode Penelitian Psikologi
- Metodologi Pengertian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan
angka dalam penyajian data dan analisis yang menggunakan uji statistika.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dipandu oleh hipotesis
tertentu yang kemudian salah satu tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah
menguji hipotesis yang ditentukan sebelumnya.[5]
Dalam penelitian kuantitatif, realitas dipandang sebagai
sesuatu yang konkret, dapat diamati dengan pancaindera, dapat dikatagorikan
menurut jenis, bentuk, warna, dan perilaku, tidak berubah dan dapat
diverifikasi dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat menentukan hanya
beberapa fariable dari objek yang diteliti, kemudian membuat instrumen untuk
mengukurnya.[6]
- Metodologi Pengertian Kualitatif
- Metode Klinis
- Metode Statistik
D.
Manfaat Psikologi Umum
2.1
Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis
ingin mengetahui :
- Apakah definisi perkembangan ?
- Apakah ciri-ciri dari perkembangan?
- Apa saja prinsip-prinsip perkembangan?
- Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
- Apa saja aspek– aspek perkembangan remaja?
- Bagaimana proses perkembangan berlangsung?
- Apa saja hukum perkembangan?
- Apa saja problem perkembangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran siswa?
- Bagaimana solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa
- Apa saja tugas-tugas perkembagan pada masa belajar?
1.3 Tujuan
- Untuk menjelaskan definisi perkembangan.
- Untuk mengetahui ciri-ciri perkembangan.
- Untuk mengetahui prinsip-prinsip perkembangan.
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.
- Untuk mengetahui aspek– aspek perkembangan remaja .
- Untuk mengetahui proses perkembangan.
- Untuk mengetahui hukum perkembangan.
- Untuk mengetahui beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.
- Untuk mengetahui solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.
- Untuk mengetahui tugas-tugas perkembagan pada masa belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Perkembangan
Perkembangan (development) adalah
proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebuh maju. Pertumbuhan sendiri
(growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah,ukuran dan arti
pentingnya. Pertumbuhan juga berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of
development) (Mc. Leod, 1989).
Adapun perkembangan adalah proses
perubahan kualitati yang mengacu pada mtu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan
organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain penekanan arti
perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang
oleh organ-organ fisik.
2.2
Ciri Perkembangan
1) Seumur
hidup (life-long) tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan.
2) Multidimentional
terdiri atas biologis – kognitif –sosial; bahkan dalam satu dimensi terdapat
banyak komponen misalnya: inteligensi :-inteligensi abstrak, inteligensi non
verbal, inteligensi sosial dsb.
3)
Multidirectional beberapa komponen dari suatu dimensi dapat meningkat dalam
pertumbuhan, sementara komponen lain menurun. Misalnya : orang dewasa tua dapat
semakin arif – tapi kecepatan memproses informasi lebih buruk.
4) Lentur
(elastis) bergantung pada kondisi kehidupan individu.
Secara rincinya bila dilihat dari
fisik & psikis:
- Terjadi perubahan : fisik: perubahan tinggi/berat badan/organ-organ tubuh lain : psikis: bertambahnya perbendaharaan kata – matangnya kemampuan berpikir-mengingat & menggunakan imajinasi kreatifnya
- Perubahan dalam proporsi fisik: proporsi tubuh berubah sesuai dengan fase perkembangannya ; psikis : perubahan imajinasi dari fantasi ->realitas, perhatiannya dari dirinya sendiri -> orang lain/kelompok teman sebaya.
- Lenyapnya tanda-tanda lama. Fisik : lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar kanak-2) yg terletak pada bagian dada, kelenjar pineal pada bagian bawah otak , gigi susu & rambut-rambut halus. Psikis: masa mengoceh/meraban-gerak gerik kanak-kanak, merangkak-perilaku impulsive (dorongan untuk bertindak sebelum berpikir)
- Diperoleh tanda-tanda baru. Untu fisik: pergantian gigi, karakteristik seks padd usia remaja, perubahan anggota tubuh dan menstruasi/mimpi basah. Untuk psikis: rasa ingin tahu terutama yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, seks, nilai moral, keyakinan beragama.
2.3
Prinsip-Prinsip Perkembangan
Secara garis besar perkembangan itu
memiliki prinsip antara lain:
- Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur. Dalam hal ini perkembangan mulai dari kepala ke kaki, dan dari pusat ke bagian-bagian.
- Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung berangsur-angsur secara teratur dan terus menerus.
- Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya. Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akan menghambat pula perkembangan pada tingkat berikutnya. Sebaliknya sukses dalam suatu tingkat perkembangan, akn sukses pula pada perkembangan berikutnya.
- Perkembangan itu antara anak satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkembangan masing-masing organ/aspek kejiwaannnya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut.
2.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara garis besar, pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu
a) Aliran
Nativisme
Menurut aliran ini bahwa
perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa
sejak lahir (natus = lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan
dasar-dasar tertentu yang dinamakan sifat pembawaan. Para ahli yang
mengikuti paham ini biasanya menunjukkan berbagai kesamaan/kemiripan antara
orangtua dengan anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya
juga akan menjadi ahli musik, ayahnya seorang ahli fisika maka anaknya juga
akan menjadi ahli fisika. Keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh orangtua
juga dimiliki oleh anaknya.
Sifat pembawaan tersebut mempunyai
peranan yang sangat penting bagi perkembangan individu. Pendidikan dan
lingkungan hampir-hampir tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Akibatnya para ahli pengikut aliran ini berpandangan pesimistis terhadap
pengaruh pendidikan. Tokoh aliran ini ialah Schopenhauer dan Lombroso.
b) Aliran
Empirisme
Menurut aliran ini bahwa
perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor dari
luar/lingkungan. Sedangkan pembawaan tidak memiliki peranan sama sekali. Tokoh
aliran ini ialah John Locke (1632 – 1704) yang terkenal dengan teori “Tabularasa”.
Ia mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas putih yang belum mendapat coretan
sedikitpun, akan dijadikan apa kertas itu terserah kepada yang menulisnya.
Aliran empirisme menimbulkan optimisme dalam bidang pendidikan. Segala sesuatu yang terdapat pada jiwa manusia dapat diubah oleh pendidikan. Watak, sikap dan tingkah laku manusia dapat diubah oleh pendidikan. Pendidikan dipandang mempunyai pengaruh yang tidak terbatas.
Keburukan yang timbul dari pandangan ini adalah anak tidak diperlakukan sebagai anak, tetapi diperlakukan semata-mata menurut keinginan orang dewasa. Pribadi anak sering diabaikan dan kepentingannnya dilalaikan.
Aliran empirisme menimbulkan optimisme dalam bidang pendidikan. Segala sesuatu yang terdapat pada jiwa manusia dapat diubah oleh pendidikan. Watak, sikap dan tingkah laku manusia dapat diubah oleh pendidikan. Pendidikan dipandang mempunyai pengaruh yang tidak terbatas.
Keburukan yang timbul dari pandangan ini adalah anak tidak diperlakukan sebagai anak, tetapi diperlakukan semata-mata menurut keinginan orang dewasa. Pribadi anak sering diabaikan dan kepentingannnya dilalaikan.
c) Aliran
Konvergensi
Menurut aliran ini bahwa manusia
dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat/pembawaan dan lingkungan
atau dasar dan ajar. Manusia lahir telah membawa benih-benih tertentu dan bisa
berkembang karena pengaruh lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern.
Pada umumhnya paham inilah yang
sekarang banyak diikuti oleh para ahli pendidikan dan psikologi, walaupun
banyak juga kritik yang dilancarkan terhadap paham ini. Salah satu kritik ialah
Stern tidak dapat dengan pasti menunjukkan perbandingan kekuatan dua pengaruh
itu.
Dengan demikian pendidikan harus
mengusahakan agar benih-benih yang baik dapat berkembang secara optimal dan
benih-benih yang jelek ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat
berkembang.
2.5
Aspek– Aspek Perkembangan Remaja
Semua individu khususnya remaja akan
mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek
intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
(a)
Perkembangan Fisik
Dalam perkembangan remaja, perubahan
yang tampak jelas adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga
mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas
reproduktif. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri
seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Ciri– ciri seks primer :
(1) Remaja pria
Ditandai dengan sangat cepatnya
pertumbuhan statis pada tahun pertama dan kedua, kemudian pada tahun berikutnya
tumbuh lebih lambat dan akan mencapai ukuran pada usia 20– 21 tahun. Matangnya
organ– organ seks yang memungkinkan remaja pria yang berusia sekitar 14– 15
tahun mengalami mimpi basah.
(2) Remaja wanita
Ditandai dengan tumbuhnya rahim,
vagina dan ovarium (indung telur). Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan
hormon- hormon yang diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan
seks sekunder. Pada usia 11– 15 tahun, menstruasi pertama sering ditandai
dengan sakit kepala, sakit pinggang, kadang kejang, lelah, depresi dan mudah
tersinggung.
(b)
Perkembangan Psikis
1. Aspek Intektual
Perkembangan intelektual (kognitif)
pada remaja bermula pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada
realitas fisik yang konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek
yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak
lagi dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya
aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan
aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal
yang mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini
memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan
kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan peluang
pada individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk
segala hal.
2. Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan
diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini
meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian
menghadapi orang lain, dan lain-lain.
Perkembangan sosial pada masa remaja
berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik
menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga
mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau
lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini
berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman
sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan
misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga
beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman
sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja
diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk
mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Berikut ini ciri-ciri
penyesuaian sosial remaja, diantaranya :
Di Lingkungan Keluarga
- Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya
- Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua)
- Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
- Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau kelompok
Di Lingkungan Sekolah
- Bersikap respek dan mentaati peraturan
- Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
- Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
- Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain
- Berprestasi di sekolah
Di Lingkungan Masyarakat
- Respek terhadap hak-hak orang lain
- Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain
- Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang lain
- Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan masyarakat.
3.
Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan
konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16
tahun) pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam
hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi
dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan
rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan
kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18–
21 tahun).
Pada masa remaja tengah anak
terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir
anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan
emosial merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat
dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama
lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut
kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik,
seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang menolong orang lain,
hormat dan menghargai orang lain, ramah) mengendalikan emosi (tidak mudah
tersinggung, tidak agresif, optimis dan dapat menghadapi situasi frustasi
secara wajar). Tapi sebaliknya, jika seorang remaja kurang perhatian dan kasih
sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung
mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja
bisa berealisi agresif (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang
mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan (melamun, pendiam, senang
menyendiri, meminum miras dan narkoba).
4.
Aspek Bahasa
Perkembangan bahasa adalah
meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi baik alat komunikasi lisan,
tulisan, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Bahasa remaja adalah
bahasa yang telah berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan
khususnya lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola
perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa
pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Pada umumnya remaja akhir lebih
memantapkan diri pada bahasa asing tertentu, menggemari literatur yang
mengandung nilai-nilai filosofis, etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh
remaja lebih sempurna serta perbendaharaan kata lebih banyak. Kemampuan
menggunakan bahasa ilmiah mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog seperti
ilmuwan.
5.
Aspek Moral
Perkembangan moral pada remaja
menurut teori Kohlberg menempati tingkat III: pasca konvensional stadium 5,
merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara remaja dengan lingkungan
sosial. Ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan
masyarakat. Pada tahap ini remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral,
kejujuran, keadilan kesopanan dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja
harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial.
Selain itu peranan orang tua sangat
penting. Dalam membantu moral remaja, orang tua harus konsisten dalam mendidik
anaknya, bersikap terbuka serta dialogis, tidak otoriter atau memaksakan
kehendak.
6.
Aspek Agama
Pemahaman remaja dalam beragama
sudah semakin matang, kemampuan berfikir abstrak memungkinkan remaja untuk
dapat mentransformasikan keyakinan beragama serta mengapresiasikan kualitas
keabstrakan Tuhan.
2.6
Proses Perkembangan
1.
Perkembangan motor (fisik) siswa
Terdapat empat macam faktor yang
mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan
campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya. Keempat faktor itu
sebagai berikut:
a)
Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf. Pertumbuhan dan perkembangan
kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan menibulkan pola
tingkah laku yang baru. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem syaraf
seorang anak akan semakin baik dan beragam pula pola-pola tingkah laku yang
dimilikinya. Akan tetapi organ sitem syaraf ini lain dari yang lain, karena
apabila rusak tidak dapat diganti atau tumbuh lagi.
b)
Pertumbuhan otot-otot. Otot merupakan jaringan sel-sel yang dapat berubah
memanjang dan juga sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki
daya mengkerut. Diantara fungsi-fungsi pokoknya adalah sebagai pengikat
organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh yang mendistribusikan sari
makanan. Peningkatan tegangan otot anak dapat menimbulkan perubahan dan
peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaninya. Perubahan ini sangat
tampak dari anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya
keterlibatan anak tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam
membuat kerajinan tangan yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari
masa ke masa.
c)
Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin. Kelenjar adalah alat
tubuh yang mengahasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar keringat.
Perubahan fungsi dari kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan berubahnya
pola sikap dan tingkah laku seorang remaja terhadap lawan jenisnya. Perubahan
ini dapat berupa seringnya bekerja sama dalam belajar atau beolah raga,
perubahan pola perilaku yang bermaksud menarik perhatian lawan jenis,
berubahnya gaya dandanan/penampilan dan lain-lain
d)
Perubahan struktur jasmani. Semakin meningkat usia anak maka akan semakin
menigkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi tubuh pada umumnya.
Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan
dan kecakapan motor skills anak. Pengaruh perubahan fisik seorang siswa juga
tampak pada sikap dan perilakunya terhadap orang lain, karena perubahan fisik
itu sendiri mengubah konsep diri (self-concept) siswa tersebut.
- Perkembangan kognitif siswa
Menurut Jean Piaget, perkembangan
kognitif anak terdirir dari empat tahapan, diantaranya:
a)
Tahap sensory-motor. Tahap ini terjadi antara usia 0-2 tahun.
Intelegensi sensory motor dipandang sebagai intelegensi praktis. Anak pada usia
ini belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaaan secara praktis dan belajar
menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang mereka perbuat kecuali
hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut.
b)
Tahap pre-oprational. Periode ini terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada
tahapan ini anaksudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya yang harus ada dan
biasanya ada, walaupun benda tersebut sudah ditinggalkan, sudah tidak dilihat
atau sudah tidak pernah diengar lagi. Selain itu seorang anak mulai mampu
menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat-kalimat
pendek tetapi efektif.
c)
Tahap concrete-operational. Tahapan ini terjadi pada usia 7-11 tahun.
Dalam tahapan ini seorang anak memperoleh kemampuan yang disebut system of
operations (satuan langkah berpikir). Selain itu anak memiliki kemampuan konservsi
(kemampuan dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume), penambahan
golongan benda (kemampuan dalam memahami cara mengkombinasikan benda-benda
yang memiliki kelas rendah dengan kelas atasnya lagi), dan pelipatgandaan
golongan benda.
d)
Tahap formal-operational. Usia tahapan ini adalah 11-15 tahun. Pada
tahap ini seorang remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara
serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitifnya. Yaitu kapasitas
menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan
kemampuan hipotesis, remaja mampu berpikir khususnya dalam hal pemecahan
masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang
ia respon. Sedangkan dengan memiliki kapasitas prinsip-prinsip abstrak, mereka
mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti ilmu matematika.
- Perkembangan sosial dan moral siswa
Perkembangan ini merupakan
perkembagan kepribadian siswa selakuanggota masyarakat dalam berhubungan dengan
orang lain. Proses perkembangan ini berkaitan juga dengan proses belajar.
Sehingga konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat
bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa
disekolahd an keluarga maupun lingkungan yang lebih luas lagi.
Ranah psikologis siswa yang
terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak
ini, dalam perspektif psikologi kognitif, adalah sumber sekaligus pengendali
ranah-ranah kejiwaan lainnya. Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang
siswa mampu berpikir. Selanjutnya tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa dapat
memahami dan meyakini faedah materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru
mereka. Selain itu juga sulit untuk menagka pesan moral yang terkandung dalam
pelajran tersebut. Sehingga faidah pengembangan ranah kognitif siswa adalah
untuk mengembangkan kecakapn berikut ini:
- Mengembangkan kecakapan kognitif
- Mengembangkan kecakapan afektif
- Mengembangkan kecakapan psikomotor
- Perkembangan Bahasa Anak
Untuk bergaul dan berkomunikasi,
manusia menggunakan bahasa, baik dalam bentuk tulisan, percakapan, bahasa
isyarat maupun ekspresi wajah. Untuk berkomunikasi secara efektif prlu
memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Nilai-nilai tersebut harus
diberikan sedini mungkinagar tertanam hal-hal mana yang baik dan buruk, yang
boleh atau tidak boleh dilakukan, bagaimana bersilap dan bertutur kata yang
baik terhadap orang lain. Pembelajaran nilai-nilai tersebut harus dengan contoh
yang konkret agar mudah difahami anak.
Perkembangan Bahasa yaitu bentuk
komunikasi manusia merupakan yang paling sempurna daripada binatang, karena
manusia dapat melakukannya melalui berbagai sarana dan prasarana yang ada. Tiap
individu dituntut untuk memiliki kemampuan menyatakan atau mengekspresikan
pikirannya dan menangkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga
komunikasi menjadi efektif. Anak-anak lebih dapat mengerti aa yang dikatakan
orang lain daripada mengutarakan pikiran dan perasaan mereka dengan kata-kata.
Semakin matang organ-organ yang
berkaitan dengan proses berbicara seperti alat bicara dan
pertumbuhan/perkembangan otak, anak semakin jelas dalam mengutarakan kemauan,
pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasa. Hal itu tidak lepas ari
pengaruh lingkungan, terutama orang tua atau keluarga. Anak yang selalu
mendapat motivasi positif akan terpacu untuk mengembangkan potensi bicaranya.
- Perkembangan Agama
Menurut Zakiah Darajat (dalam
Martini Jumaris), agama sebagai dari iman, pikiran yang diserapkan oleh
pikiran, perasaan, dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap.
Agama merupakan pengarah dan penentu sikap dan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari.
Awalnya anak-anak mempelajari agama
berdasarkan contoh baik di rumah maupun di sekolah. Bambang Waluyo menyebutkan
dalam artikelnya bahwa pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaitu :
1. Aspek pembentukan kepribadian (yang ditujukan kepada jiwa), 2. Pengajaran
agama (ditujukan kepada pikiran) . Metode yang digunakan dalam pembelajaran
harus berkaitan erat dengan dimensi perkembangan motorik, bahasa, social,
emosional maupun intelegensi siswa. Untuk kelas rendah dapat menggunakan metode
bercerita, bermain, karyawisata, demonstrasi atau pemberian tugas. Untuk kelas
tinggi dapat menggunakan metode ceramah, bercerita, diskusi, tanya jawab,
pemberian tugas atau metode lainnya yang sesuai dengan perkembangan siswa.
2.7
Hukum Perkembangan
Pengertian “hukum”, dalam ilmu jiwa
perkembangan, tidaklah sama dengan yang biasa dikelanal dalam dunia perundang-undangan
peradilan. Adapun yang dimaksud hukum perkembangan adalah kaidah fundamental
tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia) yang telah disepakati
kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. Adapun
macam-macam hukum perkembangan sebagai berikut:
- Hukum kodrat Ilahi. Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Karena hiduplah, anak manusia bias berkembang. Sementara kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Alah.
- Hukum mempertahankan diri. Setelah manusia ditakdirkan hidup, lalu ia secara naluriah berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk bias hidup secara singkat bisa dijelaskan bahwa usaha mempertahankan diri, intinya untuk memperoleh keselamatan. Sedang kselamatan, seperti halnya kehidupan, adalah modal pokok bagi pelaksanaannya proses perkembangan. Sekali lagi usaha mempertahankan diri merupakan sifat naluriah manusia. Tujuan pokoknya, agar ia selamat dan hidupnya berkelanjutan.
- Hukum pengembangan diri. Ketika seorang anak berhasil mempertahankan diri, bersamaan itu muncul pula hasrat insaniahnya untuk mengembangkan segala potensi yang dibawah sejak lahir.
- Hukum masa peka. Masa peka yang dimaksud ialah: suatu masa dimana sesuatu “fungsi” demikian baik perkembangannya, karena itu harus dilayani dan diberi kesempatan sebaik-baiknya.
f.Hukum tempo perkembangan.
Berlangsungnya perkembangan pada anak yang satu, belum tentu sama dengan anak
yang lain. Ada anak yang dalam perkembangannya kelihatan serba cepat, dan ada
pula yang berlangsung amat lambat.
- Hukum irama perkembangan. Hukum ini menyatakan bahwa, bahwa berlangsungnya perkembangan itu tidak selalu “ajeg” , konsisten dan merata pada setiap waktu. Kadang-kadang suatu proses perkembangan berjalan lancar, tapi ada pula dari keadaan biasa kemudian melonjak cepat, untuk akhirnya kembali biasa lagi atau turun.
- Hukum sifat perkembangan. Menurut stone, perkembangan pribadi manusia itu jika diamati dengan sungguh-sungguh akan tampak adanya sifat-sifat sebagai berikut: stabil, sensitive, aktif, teratur dan kontinyu.
- Hukum kesatuan organis Dalam garis besarnya. Dalam diri manusia terdapat dua jenis organ yaitu fisik dan psikis, raga dan jiwa, atau jasmani dan rohani.
2.8
Beberapa Problem Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran Siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran
tidaklah selalu berjalan mulus sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang hendak
dicapai, banyak kritik-kritik tajam yang menghambat tercapainya perencanaan dan
tujuan yang telah kita tetapkan, diantaranya mahasiswanya sendiri sebagai
masukan masih mentah, hambatan juga ada pada tenaga pengajar dan sistemnya,
sarana dan administrasi pendidikannya.
a) Masalah
di perguruan Tinggi Penetapan SKS di perguruan tinggi menghadapi beberapa
masalah antara lain kurangnya pengertian mengenai pengalihan kurikulum,
kekeliruan dalam penjabaran kurikulum, belum adanya konsep sentralisasi,
langkanya penasehat akademik, dan pelitnya dosen memberi nilai. Sebagai pengelola
fakultas dan jurusan beranggapan SKS adalah suatu sistem yang wujudnya hanya
berupa wadah baru dimana semua lama Kuliah sistem lama dimasukkan. Pengertian
yang keliru seperti ini tentu saja menimbulkan masalah, karena sistem lama yang
lima tahun tidak mungkin dituangkan dalam suatu wadah yang hanya empat tahun
dan hanya memiliki maksimal 160 kredit.
b) Masalah
sentralisasi Masalah sentralisasi juga merupakan hambatan yang mungkin tak
tersadari. Dalam pelaksanaan di lapangan SKS yang masih agak asing dapat
menimbulkan berbagai masalah, yang paling mencolok diantaranya adalah penasehat
akademik. Dalam SKS mahasiswa harus mengisi KRS pada waktu pendaftaran.
Pengisian KRS dibimbing oleh seorang penasehat akademik yang bertugas pula
untuk memberi penerangan mengenai Segala peraturan akademik yang ada, disamping
tugas memonitor perkembangan yang dibimbingnya.
c) Masalah
berbagai segi
- Dari segi mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa yang duduk dibangku perguryan tinggi rata-rata berusia antara 18-23 tahun, dan kebanyakan mereka berasal dari golongan masyarakat yang ekonominya pas-pasan, kemudian ditambah lagi dengan proses penyelenggaraan pendidikan di SMA mereka yang kurang menunjang atau kurang berhubungan dengan studinya diperguruan tinggi, latar belakang mahasiswa yang demikian jelas merupakan salah satu hambatan dalam pelaksanaan SKS.
- Dari segi pengajar. Ditinjau daru sudut kualitas dan kuantitas, staf pengajar yang ada di PTN dan PTS yang ada sekarang ini, nampaknya masih kurang memadai. Apalagi dilihat dari tingkat keaktifan pengajar dalam memberikan kuliah yang keganyakan masih dibawah standar yang ideal dalam pelaksanaan SKS, yakni keaktifan pengajar dalam memberikan kuliah satu semester missal: masih dibawah 10 kali perminggu.
- Dari segi sarana dan administrasi pendidikan Kekurangan cara untuk pembiayaan pengadaan sarana dan administrasi memang merupakan keluhan tradisional yang sering kita dengar dibeberapa PTS maupun PTN, sehingga tak mengherankan jika sarana fisik, seperti perpustakaan, laboratorium, kekurangan ruang kuliah, maupun fasilitas lain. Merupakan salah satu hambatan dari kelancaran dan keberhasilan dari pelaksana SKS.
2.9
Solusi Bagi Problem Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran Siswa
1) Menyediakan
bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa. Seperti kita ketahui diatas, usia
mahasiswa rata-rata masih muda, belum mempunyai pemikiran yang dewasa dan
mengetahui seluk-beluk proses belajar yang baik di perguruan tinggi, untuk ini
lperan ” Bimbingan dan Penyuluhan” bagi mahasiswa di Perguruan tinggi mempunyai
peran yang besardidalam menunjang kelancaran dan keberhasilan penerapan SKS.
2) Meningkatkan
kuantitas maupun kualitas pengajar. Untuk menupang suksesnya penerapan SKS,
nampaknya peningkatan-peningkatan kuantitas staf pengajar sampai mendekati
rasio yang ideal dengan jumlah mahasiswa perlu mendapat perhatian. Adapun untuk
meningkatkan kualitas staf pengajar, usaha-usaha yang sudah ada seperti program
akta mengajar, penataran-penataran perlu terus menerus ditingkatkan dan
disempurnakan.
3) Sarana dan
administrasi pendidikan. Sarana dan administrasi pendidikan ini tidak saja
perlu kelengkapan yang memungkinkan pelayanan mahasiswa dengan lancer, cepat
dan teratur, tapi juga perlu ditata alokasi penggunaan yang sebaik mungkin,
sehingga penggunaan biaya untuk sarana dan administrasi tersebut dapat berjalan
efektif dan efisien.
2.10
Tugas-Tugas Perkembagan Pada Masa Belajar
1) Tugas
perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak 0- 6 tahun. Belajar : berjalan,
berbicara, makan, mengenal perbedaan pria wanita, kestabilan jasmani
,memebentuk konsep, hubungan emosional dengan orang tua, mengadakan hubungan
baik dan buruk
2) Tugas
perkembangan pada masa sekolah 6 – 12 tahun. Belajar: ketrampilan fisik, sikap
sehat, bergaul, eksistensi diri, membaca, menulis, berhitung, mengembangkan
konsep sehari-hari, mengembangkan kata hati, memperoleh kebebasan pribadi,
mengembangkan sikap positif terhadp kelompok sosisal
3) Tugas
perkembangan masa remaja dalam kaitanya dengan masa belajar.
Menurut Wiliam Kay
Menurut Wiliam Kay
- Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya
- Mencapai kemandirian emosional
- Belajar bergaul secara individula dan kelompok (komunikasi minterpersonal)
- Menemukan idola
- Menerima keadaan dirinya dan percaya diri
- Memperkuat pengendalian diri
- Mampu meninggalkan sifat kekanak-kanakan
- Menurut Luella Cole
- Kematangan emosional
- Pemantapan minat heteroseksual
- Kematangan social
- Memilih pekerjaan/karir
- Memiliki filsafat hidup
Identifikasi diri menurut Havigrus :
- Mencapai hubungan lebih matang dengan teman sebaya
- Mencapai peran sosial wanita atau pria
- Menerima keadaan fisik dan menggunkan secara efektif
- Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
- Memilih dan mempersiapkan karir
- Mempersipakan pernikahan dan hidup keluarga
- Mengembangkan ketrampilan intelektual
- Mencapai tingkah laku yang bertangung jawab secara social
- Memperoleh seperangkat nilai dan norma dalam bertingkah laku
- Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari makalah ini penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa :
- Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju.
- Perkembangan fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting dan ditandai dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga individu tersebut bisa bereproduksi dengan baik.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu aliran nativisme, aliran empirisme danaliran konvergensi.
- Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
- Beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa yaitu masalah di perguruan tinggi, masalah sentralisasi masalah berbagai segi serta masalah lain seperti : dari segi mahasiswa, dari segi pengajar, dari segi sarana dan administrasi pendidikan .
- Solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa yaitu menyediakan bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa, meningkatkan kuantitas maupun kualitas pengajar dan sarana dan administrasi pendidikan.
3.2
Saran
Dengan mengucap syukur alhamdulillah
pada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tentunya masih jauh dari harapan, oleh karena itu penulis masih perlu kritik
dan saran yang membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis, terutamanya :
- Bagi remaja hendaknya mengetahui dan mempelajari tugas-tugas perkembangan dengan baik. Sehingga bisa menerapkan tugas-tugas perkembangan tersebut dengan sebaik-baiknya.
- Bagi orang tua dan , hendaknya mengontrol tugas-tugas perkembangan anak yang belum diselesaikan dan membimbing, mengarahkan serta mengantarkan ke arah yang lebih positif.
- Masyarakat hendaknya menjadi kontrol sosial bagi para remaja yang mengalami degradasi moral
Perkembangan
Peserta Didik
Sunday, 30. May 2010, 06:29
Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan mengacu pada bagaimana seorang tumbuh, beradaptasi, dan berubah disepanjang perjalanan hidupnya. Orang tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional (sosial dan emosi), perkembangan kognitif (berpikir), dan perkembangan manusia menurut teori Piaget (kognitif dan moral) serta teori perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky. Setidaknya ada lima faktor yang dapat memengaruhi kinerja peserta didik kita, yaitu lingkungan keluarga, atmosfer persekawanan, sumber daya sekolah, kecerdasan yang berasal dari dalam diri sendiri, dan aksesibilitas pencapaian informasi.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :
Perkembangan mengacu pada bagaimana seorang tumbuh, beradaptasi, dan berubah disepanjang perjalanan hidupnya. Orang tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional (sosial dan emosi), perkembangan kognitif (berpikir), dan perkembangan manusia menurut teori Piaget (kognitif dan moral) serta teori perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky. Setidaknya ada lima faktor yang dapat memengaruhi kinerja peserta didik kita, yaitu lingkungan keluarga, atmosfer persekawanan, sumber daya sekolah, kecerdasan yang berasal dari dalam diri sendiri, dan aksesibilitas pencapaian informasi.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :
1.Aspek Paedogogis.
Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan.
2.Aspek Sosiologi dan Kultural.
Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.
3.Aspek Tauhid.
Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk yang beragama).
Sedangkan Karateristik peserta didik meliputi perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan perkembangan intelektual/mental. Perkembangan intelektual peserta didik melalui empat tahap yaitu sensorimotor, praoperasi, operasi konkrit, dan operasi formal.
Perkembangan Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam. Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam hal ini anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan dan faktor kematangan ( internal ). Dalam proses perkembangan seseorang, ada beberapa aliran yang menjelaskan tentang teori perkembangan, antara lain :
Aliran Nativisme.Dalam aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa ( Arthur Sckonenhauer : 1788 – 1860 ). Faktor pembawaan ini bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar. Faktor inilah yang akan membentuk kepribadian manusia.2. Aliran Empirisme Pada aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata tergantung pada lingkngan dengan pengalaman pendidikannya ( John Locke ). 3. Aliran KonvergensiAliran ini adalah gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme.
Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan.
2.Aspek Sosiologi dan Kultural.
Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.
3.Aspek Tauhid.
Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk yang beragama).
Sedangkan Karateristik peserta didik meliputi perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan perkembangan intelektual/mental. Perkembangan intelektual peserta didik melalui empat tahap yaitu sensorimotor, praoperasi, operasi konkrit, dan operasi formal.
Perkembangan Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam. Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam hal ini anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan dan faktor kematangan ( internal ). Dalam proses perkembangan seseorang, ada beberapa aliran yang menjelaskan tentang teori perkembangan, antara lain :
Aliran Nativisme.Dalam aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa ( Arthur Sckonenhauer : 1788 – 1860 ). Faktor pembawaan ini bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar. Faktor inilah yang akan membentuk kepribadian manusia.2. Aliran Empirisme Pada aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata tergantung pada lingkngan dengan pengalaman pendidikannya ( John Locke ). 3. Aliran KonvergensiAliran ini adalah gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar