A L

ardhi.lizet@yahoo.com @ardhi_lizet ardhi.lizet@gmail.com

Kamis, 24 April 2014

Psikologi Umum




B.     Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakanag yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan Psikologi ?
2.      Apa yang dimaksud dengan Perhatian Psikologi Umum ?
3.      Apa yang dimaksud dengan Pengamatan Psikologi Umum ?
4.      Bagaimana Tanggapan mengenai Psikologi Umum ?

C.    Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka adapun tujuan dari pembuatan makalah tentang bab Perhatian, Pengamatan dan Tanggapan Psikologi Umum ini, yaitu:
1.      Mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami arti dari Psikologi itu sendiri.
2.      Mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami tentang perhatian dari psikologi umum ini.
3.      Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengamati psikologi umum ini.
4.      Mahasiswa dan mahasiswi mampu memberikan tanggapan tentang psikologi umum ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi
Semuanya itu bersumber dari tuhan yang maha esa sebagai pencipta segala sesuatu,dan hasil ciptaan itulah yang menjadi obyek atau sasaran dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Karenanya sebagai sumber ilmu pengetahuan adalah tuhan yang Maha Esa. Yang lahir pertama kali adalah filsafat, yang membahas hakekat segala sesuatu. Dari padanya lahirlah berbagai cabang ilmu pengetahuan, oleh karna itu dalam semua ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri dari filsafat itu akan dijumpai tokoh-tokoh filsafat kuno seperti, socrates, plato dan aristoteles yang ikut mengembangkan fikiran dan penemuannya dalam ilmu-ilmu tersebut sehinga tokoh-tokoh nanti akan dijumpai juga dalam mempelajari psikologi serta cabang-cabang psikologi[2][2].
“Psikologi“ berasal dari perkataan Yunani ”Psyche” yang artinya jiwa, dan ”Logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latarbelakangnya[3][3].
Menurut Rosleny Marliany[4][4] psikologi dapat diartikan ilmu jiwa. Makna ilmu jiwa bukan mempelajari jiwa dalam pengertian jiwa sebagai soul atau roh, tetapi lebih mempelajari kepada gejala-gejala yang tampak dari manusia yang ditafsirkan sebagai latar belakang kejiwaan seseorang atau spirit dari manusia sebagai mahluk yang berjiwa.
Psikologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat kejiwaan manusia dengan cara mengkaji sisi perilaku dan kepribadiannya, dengan pandangan bahwa setiap perilaku manusia berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya[5][5].
Sesungguhnya tiap-tiap orang perlu sekali mengetahui dasar Ilmu jiwa umum, dalam pergaulan hidup sehari-hari, Ilmu jiwa perlu sebagai dasar pengetahuan untuk dapat memahami jiwa orag lain. Kita dapat mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati. Gambaran ingatan dari sesuatu pengamatan disebut tanggapan, pemakalah disini akan mengupas habis tentang masalah tanggapan dan hal-hal yang ada disekitarnya.

B.  Perhatian
Perhatian diambil dan dimliki oleh pikiran, perhatian tersebut dicerna dalam bentuk yang jelas dan tajam, pencernaan perhatiaan tersebut salah satunya dapat dimungkinkan secara bersamaan atau banyak objek, bisa disebut juga kereta pemikiran karena bisa diakukan berulang-ulang. Banyak objek yang dimaksud yaitu banyak yang diperhatikan. Karena kita banyak perhatian ke banyak objek maka kita akan setres[6][6].
Perhatian adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Perhatian timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses pengamatan. Bahakan orang dapat tiba, tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik baginya[7][7].


Perhatian dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Proses perhatian kadang-kadang tidak berjalan atas dasar logis rasional, melainkan berdasakan penilaian perasaan. Salah satu contohnya orang tiba-tiba tertarik dengan orang lain, seakan-akan dengan sendirinya. Tertariknya ini tidak pada salah satu cirri tertentu dengan orang itu, tapi keseluruhan cirri pola tingkah lakunya[8][8].
Proses perhatian dapat pula berjalan secara perlahan-lahan secara sadar dan cukup nyata dalam hubungan dua atau lebih orang. Misalnya hubungan cinta kasih antara manusia, biasanya didahului dengan perhatian. Dengan demikian perhatian hanya akan berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau lebih, bila terdapat saling pengertian[9][9].
Tokoh-tokoh teori individualism, Adam Smith (1759) dan Herbert Spencer (1870) menerangkan Prinsip-prinsip perhatian untuk menerangkan tindakan-tindakan yang semata-mata mengejar keuntungan sendiri atas dasar pikiran, tetapi juga dikemudikan oleh perhatian terhadap orang lain, yang tanpa itu sebenarnya kehidupan sosial itu tidak mungkin ada[10][10].
Adam Smith[11][11] membedakan dua bentuk dasar daripada perhatian :
1.   Yang menimbulkan respons yang cepat hamper seperti reflex. Misalnya :
·   Kalau kita melihat orang dipukul tongkat dengan keras kita merasa ngeri.
·   Bila kita melihat pemain akrobat yang sedang berjalan di atas tali yang tinggi,kita merasa tegang.
·   Jika melihat demontrasi terjun paying yang tidak mengembang, kita memejamkan mata.
2.   Yang sifatnya lebih intelektual kita dapat perhatian terhadap seseorang, meskipun kita tidak merasakan sebagai yang ia rasakan. Kita akan mengucapkan syukur dan menyatakan perhatian bila seseorang berhasil dalam usahanya, walaupun kita sendiri tidak berhasil atau susah.

Menurut Herbert Spencer[12][12] (1870) bahwa perhatian terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1.   Prespectively presentative yang cepat seperti reflex.
2.   Representative (yang sadar refleksif).
Theodore Ribot[13][13] (1897) pengarang buku yang berjudul Psychology of the Emotion, ia menekankan pada peranan perhatian yang dikatakan sebagai a foundation of all social existence. Ribot membagi perhatian menjadi 3, yaitu :
1.   Type primitive atau otomatis, yang dapat diterangkan  dengan respon bersyarat.
2.   Refleksif, yang mana seseorang sadar dalam dirinya terhadap keadaan jiwanya. Ia tahu, bahwa ia merasa apa yang dirasakan orang lain, biarpun ia sendiri tidak mengalaminya.
3.   Type yang intelektual, yaitu rasa setia, rasa toleran, dan philantropi: bentuk ini tidak diarahkan pada orang tertentu, tetapi mempunyai corak-corak yang lebih umum dan abstrak.
Menurut Max Scheler[14][14] perhatian itu dibagi dalam delapan bentuk, yaitu:
1.   Einfuhlung, yaitu proses yang primitif, proses refleks sepertiyang dikatakan oleh smith, Spencer, Ribot, dan lain-lain. Jika diterjemahkan dalam bahasa inggris mungkin dengan kata: empathy yang menunjukan motor tiruan, yang tidak didasarkan padadasar pikiran.
2.   Meiteinander fuhlung. Yang menekankan pada pengertian “perasaan spontan” yaitu kalau dua orang atau lebih bereaksi dengan cara yang sama pada rangsangannya yang sama (misalnya reaksiyangdiberikan penonton bioskop).
3.   Gefuhls anstechung. Menunjukan tertekannya perasaan melalui induksi dan tidak sosial seperti mobs.
4.   Einsfuhlung.Yaitu kalau terjadi pengamatn perasaan misalkan anak bermain boneka mengamati ibunya.
5.   Nachfuhlung. Ini lebih disadari dan dibedakan seperti pernyataan: “saya tahu apa yang engkau rasakan”. Dalam hal semacam ini kita dapat membedakan dengan jelas perasaan kita sendiri dengan perasaan orang lain.
6.   Mitgefuhl. Yaitu bila orang dapat dengan tepat menimbang perasaan orang lain dan biasanya menilainya secara positif.
7.   Menshenliebe. Yaitu kalau orang tidak hanya mengetahui keadaan jiwa orang lain, tetapi menaruh hormat kepadanya.
8.   Akomische Person und Gottes liebe. Yaitu perhatian yang mistis yang menjadi dasar religi dan pandangan hidup kesatuan jiwa dengan Tuhan.
Jadi menurut Prof. F. Patty dkk menyimpulkan bahwa perhatian harus bertumpu / Fokus pada satu objek agar perhatian tersebut dapat menghasilkan out put atau informasi yang jelas. Dengan demikian kecepatan dan kemudahan menemukan informasi akan dapat diperoleh[15][15].

C. Pengamatan
Pengamatan dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Misalnya pengamatan seorang anak laki-laki untuk menjadi sama seperti ayahnya atau seorang anak perempuan untuk menjadi sama dengan ibunya. Proses pengamatan ini mula-mula berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya) kemudian irrasional, yaitu berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan yang ketiga pengamatan berguna untuk melengkapi system norma-norma, cita-cita dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu[16][16].

Menurut Agus Sujanto[17][17] dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum mengatakan bahwa pengamatan dalam psikologi adalah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera. Mengamati sesuatu dengan menggunakan alat-alat indra kita. Yaitu :
1.   Indra penglihatan.
2.   Indra pendengar.
3.   Indra pembau.
4.   Indra perasa atau pengecapan.
5.   Indra peraba.
6.   Indra keseimbangan.
7.   Indra perasa urat daging (kinestesi).
8.   Indra perasa jasmaniah (organis).
Menurut pengamatan itu melalui tiga saat[18][18] :
1.   Saat alami (saat physis) : saat indra kita menerima perangsang dari alam luar.
2.   Saat jasmani (saat physiologis) : saat perangsang itu diteruskan oleh urat syaraf sensorik ke otak.
3.   Saat rohani (saat psychis) : saat sampainya perangsang itu ke otak, kita menyadari perangsang itu dan bertindak.
Adapun syarat-syarat terjadinya pengamatan[19][19] adalah :
1.   Ada perhatian kita kepada perangsang itu.
2.   Ada perangsang yang mengenai alat indera kita.
3.   Urat syaraf sensoris harus dapat meneruskan perangsang itu ke otak.
4.   Kita dapat menyadari perangsang itu.




D. Tanggapan
Secara tepat tanggapan belum bisa didefenisikan. Hanya dapat didefinisikan secara garis besar dan bersifat umum. Jadi tanggapan adalah gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah mengamati[20][20].
Penanggapan itu umumnya ialah pengalaman kembali atau pengahajatan kembali bekas-bekas yang diterima dahulu dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali dalam kesadaran. Jadi tanggapan ialah bekas atau gambaran dari sesuatu pengamatan, yang tinggal dalam lubuk jiwa kita sehingga boleh disebut gambaran ingatan[21][21].
Tanggapan erat hubungannya dengan berfungsinya ingatan, ketetapan dan kejelasan. Tanggapan tergantung pada derajat kompleksitas situmulus yang asli dan pada ketelitian pengamatan indra, serta pada faktor ingatan yaitu[22][22] :
1.   Tanggapan Reproduksi
Suatu tanggapan dianggap sebagai reproduktif, bila tanggapan itu menunjukkan pengingatan kembali suatu benda, kejadian, atau situasi, yang memberikan suatu pengalaman sensoris atau pengamatan masa lalu. Setiap hal dari pengindraan dapat terlibat. Suatu tanggapan ingatan mungkin berupa pendengaran, penglihatan, suhu. Rasa sakit, penciuman, atau kinestesis.
Suatu tanggapan yang diiangat tentang pngalaman-pengalaman lalu cenderung berbeda-beda dalam kejelasannya sesuai dengan kesederhanaa nya atau kekompleksannya, dan juga sesuai dengan jumlah pengalaman mengenai situasi pengindraan yang asli. Misalnya, tanggapan uang logam lima sen akan jauh lebih jelas untuk sebagian besar orang-orang dari pada ruang tamu seorang teman.
2.      Tanggapan Imaginer
Tanggapan bukanlah selalu hanya reproduksi pengalaman-pengalaman lalu. Banyak gambaran-gambaran mental (Tanggapan) adalah hasil dari suatu syntese pengalaman-penglaman masa lalu, hal ini disebut tanggapan imaginer yang berdasar kepada penglaman-penglaman lalu, tetapi yang mengambil suatu bentuk baru dan dapat dianggap sebagai “Penemuan, pembacaan hasil-hasil fiktif (khayalan dan arsitik) adalah contoh-contoh dari jenis tanggapan ini. Mimpi malam dan siang hari meliputi tanggapan reprodukti dan sintetis.
3.      Tanggapan Halusinasi
Unsur-unsur emosi mimpi menjadi faktor-faktor yang kuat dalam perkembangan halusinasi. Tanggapan halusinasi meliputi pembentukan gambaran-gambaran yang tak berhubungan dengan kenyataan tetapi yang di proyeksi kepada dunia yang nyata. Dalam bentuk-bentuk tartuntu gangguan emisional yang keras, misalnya, pasien dapat melapurkan melihat malaikat atau mendengar suara-suaranya.
4.      Tanggapan Editis
Ada sementara orang yang sudah mengamati sesuatu mendapatkan tanggapan yang sangat jelas dan ingat betul sampai mendetail. Tanggapannya sangat terang seterang pengamatan. Tanggapan semacam ini disebut Tanggapan Editis.
Menurut prosesnya, tanggapan berlainan dengan pengamatan. Ada perbedaan antara pengamatan dan tanggapan[23][23], diantaranya yaitu :
1.   Pengamatan masih memerlukan perangsang, sedang tanggapan tidak lagi.
2.   Pengamatan memerlukan tempat dan waktu tertentu, sedangkan tanggapan tidak lagi.
3.   Pengamatan lebih jelas daripada tanggapan.
Adapun persamaan di antara tanggapan dan pengamatan. Persamaannya yaitu keduanya berlangsung selama masih ada perhatian dan bersifat perseorangan[24][24].
Dengan indra kita dapat mengamati segala sesuatu. Sehingga di dalam kesadaran kita tinggalah tanggapan. Karena itu kita dapat mengingat kembali apa yang kita indra. Tiap-tiap orang mempunyai tanggapan sendiri-sendiri, biasanya digolongkan menjadi beberapa tipe, diantaranya yaitu[25][25] :
1.   Tipe visual. Artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah dilihatnya.
2.   Tipe auditif. Artinya orang itu dapat mengingat dengan baik sekali bagi apa yang telah didengarnya.
3.   Tipe motorik. Artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah dirasakan geraknya.
4.   Tipe taktil. Artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik buat segala yang telah dirabanya.
5.   Tipe campuran. Artinya kekuatan tiap-tiap indera sama saja, dan mempunyai ingatan yang sama kuatnya buat segala yang telah pernah di inderanya.
Dengan tanggapan  kita dapat mengasosiasi dan mereproduksi. Dalam artian mengasosiasi adalah sangkut paut antara tanggapan-tanggapan dan saling mereproduksi. Sedangkan mereproduksi adalah daya jiwa kita yang dapat menimbulkan tanggapan-tanggapan kesadaran kita[26][26].

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sesuai dengan pemaparn yang telah dijelaskan di atas. Maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1.   Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
2.   Perhatian merupakan perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Perhatian timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses pengamatan.
3.   Pengamatan dalam psikologi adalah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera.
4.   Didefinisikan secara garis besar dan bersifat umum bahwa tanggapan adalah gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah mengamati.

B.     Rekomendasi
Dalam pembahasan Perhatian,Pengamatan dan Tanggapan Psikologi Umum ini tentu kita sebagai mahluk individual dan sosial tidak akan lepas sesuai dengan apa yang kita rasakan. Ternyata jiwa yang kita rasakan ini berawal dari perhatian terhadap jiwa, kemudian kita mengamati dan mampu memberikan tanggapan. Namun kita harus dapat mengolah jiwa ini dengan baik agar jiwa kita ini bisa menjadi baik.
Kami minta maaf kepada semua pihak apabila dalam penyusunan makalah ini masih ada kata atau apa saja yang menyinggung perasaan pembaca. Kami selaku penyusun akan menerima kritikan dan saran dari pembaca dengan lapang dada dengan tujuan agar makalah ini bisa lebih baik lagi. Amin.Lampiran 1
DAFTAR PUSTAKA

Patty MA, Prof. F. Dkk. 1982. Pengantar Psikologi Umum. Usaha Nasional : Surabaya.
Marliany, Rosleny. 2010. Psikologi Umum. CV Pustaka Setia : Bandung.
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Sujanto, Agus. 2005. Psikologi Umum. Pustaka Bani Quraisy : Bandung.
Ardhana, Sudarsono. 1963. Pokok-Pokok Ilmu Jiwa Umum. Usaha Nasional : Surabaya.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Psikologi
Secara etimologis, “Psikologi” berasal dari bahasa yunani Psyche yang berarti “jiwa” dan Logos yang artinya “Ilmu” atau “Ilmu” pengetahuan.  “Dengan” demikian “psikologi” dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa atau secara singkat bisa disinonimkan dengan istilah “Ilmu Jiwa”. Hanya saja dalam perkembangannya lebih lanjut psikologi tidak menjadikan “jiwa” sebagai objek kajian, mungkin lebih tepat dikatakan sebagai mengkaji gejala-gejala kejiwaan yang muncul dalam tingkah laku manusia.[1]
Dari uraian singkat diatas, kita bisa menarik sebuah pengertian bahwa “psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari penghayatan dan tingkah laku manusia yang normal, dewasa, dan berbudaya”.[2]  Menurut Dr. Kartini Kartono dalam bukunya Psikologi umum, psikologi adalah Ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (Jiwani) manusia.[3]
B.     Ruang Lingkup Psikologi
Sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari penghayatan dan tingkah laku manusia, lingkup kajian psikologi memiliki ruang yang luas mencakup semua bentuk tingkah laku manusia. Secara sistematis lingkup kajian psikologi dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
1.    Psikologi Umum
Psikologi umum adalah suatu ilmu yang mengambil lingkup kajian pada penghayatan dan tingkah laku individu secara umum, artinya mencakup semua tingkatan usia semua jenis kelamin, kelompok, suku bangsa, ras, dan semua fase perkembangan psikologis manusia.[4]
2.    Psikologi Khusus
Psikologi khusus adalah suatu cabang psikologi yang mengambil fokus kajiannya pada tingkah laku individu dalam suatu situasi yang khusus, baik untuk tujuan teoristis maupun praktik. Ia dapat dibagi menjadi dua bagian, antara lain :
a.    Psikologi Teoristis : yaitu kajian psikologi yang diarahkan pada pengembangan dan penemuan teori baru, baik teori yang berhubungan dengan persooalan tingkah laku secara umum, maupun untuk kasus-kasus khusus.
b.    Psikologi praktis : sesuai dengan namanya kajian psikologi praktis diarahkan untuk kepentingan-kepentingan lapangan secara praktis. Maka dari itu psikologi praktis dibagi menjadi beberapa golongan. Secara sistematik yang tergolong psikologi praktis adalah :
1)   Psikologi Perkembangan : dengan fokus pada tingkah laku individu dalam proses perkembangannya. Dalam hal ini fase-fase perkembangan individu diperhatikan secara khusus dan akhirnya menjadiakan psikologi perkembangan mengklasisifikasikan dirinya dalam tiga spesifikasi khusus antara lain : psikologi perkembangan anak, psikologi dewasa, dan pskologi lanjut.
2)   Psikologi Pendidikan : dengan fokus pada mempelajari tingkah laku individu dalam sebuah proses pendidikan.
3)   Psikologi Kepribadian : dengan fokus pada masalah-masalah kepribadian.
4)   Psikologi Kriminal : dengan fokus pada masalah-masalah yang berhubungan dengan kejahatan-kejahatan.
5)   Psikologi Industri : dengan fokus mempelajari tingkah laku individu dengan situasi lapangan industri.
6)   Psikologi Differensial : dengan fokus pada mempelajari perbedaan-perbedaan-perbedaan bentuk tingkah laku dalam berbagai macam aspek.
7)   Psikologi Komparatif : dengan fokus mempelajari perbandingan tingkah laku manusia dengan tingkah laku hewan atau binatang.
8)   Psikologi Abnormal : dengan fokus mempelajari tingkah laku seseorang yang tergolong kepada kelompok abnormal.
9)   Psikologi Sosial : dengan fokus mempelajari kegiatan-kegiatan tingkah laku yang berhubungan dengan situasi-situasi sosial atau interaksi sosial diantara sesama manusia dalam menghasilkan kebudayaan.
10)    Psikologi Pastoral : dengan fokus mempelajari cara-cara pengikut suatu agama serta menyakinkan pengkutnya kepada ajaran-ajaran agamanya. Umumnya ilmu ini dipelajari oleh pemimpin-pemimpin agama seperti, para pastor dan ulama’.
11)    Psikologi Klinis (pengobatan) : dengan fokus mempelajari gejala-gejala kejiwaan yang berhubungan dengan penyembuhan penyakit.
12)    Psikoterapi : dengan fokus mempelajari tata cara pengobatan cacat-cacat jiwa dengan berbagai metode, misalnya : hypnose, psikoanalisa atau ungkapan-ungkapan jiwa dan cara lainnya, termasuk dalam psikologi klinis.
13)    Psikoteknik : dengan fokus mempelajari tata cara menetapkan pribadi seseorang (individu) dan kecakaannya uantk memegang jabatan tertentu.
C.     Metode-metode Penelitian Psikologi
  1. Metodologi Pengertian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian data dan analisis yang menggunakan uji statistika. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dipandu oleh hipotesis tertentu yang kemudian salah satu tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah menguji hipotesis yang ditentukan sebelumnya.[5]
Dalam penelitian kuantitatif, realitas dipandang sebagai sesuatu yang konkret, dapat diamati dengan pancaindera, dapat dikatagorikan menurut jenis, bentuk, warna, dan perilaku, tidak berubah dan dapat diverifikasi dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat menentukan hanya beberapa fariable dari objek yang diteliti, kemudian membuat instrumen untuk mengukurnya.[6]
  1. Metodologi Pengertian Kualitatif
  2. Metode Klinis
  3. Metode Statistik
D.    Manfaat Psikologi Umum










2.1       Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis ingin mengetahui :
  1. Apakah definisi perkembangan ?
  2. Apakah ciri-ciri dari perkembangan?
  3. Apa saja prinsip-prinsip perkembangan?
  4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
  5. Apa saja aspek– aspek perkembangan remaja?
  6. Bagaimana proses perkembangan berlangsung?
  7. Apa saja hukum perkembangan?
  8. Apa saja problem perkembangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran siswa?
  9. Bagaimana solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa
  10. Apa saja tugas-tugas perkembagan pada masa belajar?
 

1.3       Tujuan
  1. Untuk menjelaskan definisi perkembangan.
  2. Untuk mengetahui ciri-ciri perkembangan.
  3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip perkembangan.
  4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.
  5. Untuk mengetahui aspek– aspek perkembangan remaja .
  6. Untuk mengetahui proses perkembangan.
  7. Untuk mengetahui hukum perkembangan.
  8. Untuk  mengetahui beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.
  9. Untuk  mengetahui solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.
  10. Untuk mengetahui tugas-tugas perkembagan pada masa belajar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Definisi Perkembangan

Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebuh maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah,ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development) (Mc. Leod, 1989).
Adapun perkembangan adalah proses perubahan kualitati yang mengacu pada mtu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.

2.2       Ciri Perkembangan
1)     Seumur hidup (life-long) tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan.
2)     Multidimentional terdiri atas biologis – kognitif –sosial; bahkan dalam satu dimensi terdapat banyak komponen misalnya: inteligensi :-inteligensi abstrak, inteligensi non verbal, inteligensi sosial dsb.
3)     Multidirectional beberapa komponen dari suatu dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan, sementara komponen lain menurun. Misalnya : orang dewasa tua dapat semakin arif – tapi kecepatan memproses informasi lebih buruk.
4)     Lentur (elastis)  bergantung pada kondisi kehidupan individu.

Secara rincinya bila dilihat dari fisik & psikis:
  1. Terjadi perubahan : fisik: perubahan tinggi/berat badan/organ-organ tubuh lain : psikis: bertambahnya perbendaharaan kata – matangnya kemampuan berpikir-mengingat & menggunakan imajinasi kreatifnya
  2. Perubahan dalam proporsi  fisik: proporsi tubuh berubah sesuai dengan fase perkembangannya ; psikis : perubahan imajinasi dari fantasi ->realitas, perhatiannya dari dirinya sendiri -> orang lain/kelompok teman sebaya.
  3. Lenyapnya tanda-tanda lama. Fisik : lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar kanak-2) yg terletak pada bagian dada, kelenjar pineal pada bagian bawah otak , gigi susu & rambut-rambut halus. Psikis: masa mengoceh/meraban-gerak gerik kanak-kanak, merangkak-perilaku impulsive (dorongan untuk bertindak sebelum berpikir)
  4. Diperoleh tanda-tanda baru. Untu fisik: pergantian gigi, karakteristik seks padd usia remaja, perubahan anggota tubuh dan menstruasi/mimpi basah. Untuk psikis: rasa ingin tahu terutama yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, seks, nilai moral, keyakinan beragama.

2.3       Prinsip-Prinsip Perkembangan
Secara garis besar perkembangan itu memiliki prinsip antara lain:
  1. Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur. Dalam hal ini perkembangan mulai dari kepala ke kaki, dan dari pusat ke bagian-bagian.
  2. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung berangsur-angsur secara teratur dan terus menerus.
  3. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya. Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akan menghambat pula perkembangan pada tingkat berikutnya. Sebaliknya sukses dalam suatu tingkat perkembangan, akn sukses pula pada perkembangan berikutnya.
  4. Perkembangan itu antara anak satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkembangan masing-masing organ/aspek kejiwaannnya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut.

2.4       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara garis besar, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu
a)     Aliran Nativisme
Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus = lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang dinamakan sifat pembawaan. Para ahli yang mengikuti paham ini biasanya menunjukkan berbagai kesamaan/kemiripan antara orangtua dengan anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya juga akan menjadi ahli musik, ayahnya seorang ahli fisika maka anaknya juga akan menjadi ahli fisika. Keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh orangtua juga dimiliki oleh anaknya.
Sifat pembawaan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan individu. Pendidikan dan lingkungan hampir-hampir tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Akibatnya para ahli pengikut aliran ini berpandangan pesimistis terhadap pengaruh pendidikan. Tokoh aliran ini ialah Schopenhauer dan Lombroso.

b)    Aliran Empirisme
Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor dari luar/lingkungan. Sedangkan pembawaan tidak memiliki peranan sama sekali. Tokoh aliran ini ialah John Locke (1632 – 1704) yang terkenal dengan teori “Tabularasa”. Ia mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas putih yang belum mendapat coretan sedikitpun, akan dijadikan apa kertas itu terserah kepada yang menulisnya.
Aliran empirisme menimbulkan optimisme dalam bidang pendidikan. Segala sesuatu yang terdapat pada jiwa manusia dapat diubah oleh pendidikan. Watak, sikap dan tingkah laku manusia dapat diubah oleh  pendidikan. Pendidikan dipandang mempunyai pengaruh yang tidak terbatas.
Keburukan yang timbul dari pandangan ini adalah anak tidak diperlakukan sebagai anak, tetapi diperlakukan semata-mata menurut keinginan orang dewasa. Pribadi anak sering diabaikan dan kepentingannnya dilalaikan.

c)     Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat/pembawaan dan lingkungan atau dasar dan ajar. Manusia lahir telah membawa benih-benih tertentu dan bisa berkembang karena pengaruh lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern.
Pada umumhnya paham inilah yang sekarang banyak diikuti oleh para ahli pendidikan dan psikologi, walaupun banyak juga kritik yang dilancarkan terhadap paham ini. Salah satu kritik ialah Stern tidak dapat dengan pasti menunjukkan perbandingan kekuatan dua pengaruh itu.
Dengan demikian pendidikan harus mengusahakan agar benih-benih yang baik dapat berkembang secara optimal dan benih-benih yang jelek  ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang.

2.5       Aspek– Aspek Perkembangan Remaja
Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
(a)       Perkembangan Fisik
Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Ciri– ciri seks primer :
(1) Remaja pria
Ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan statis pada tahun pertama dan kedua, kemudian pada tahun berikutnya tumbuh lebih lambat dan akan mencapai ukuran pada usia 20– 21 tahun. Matangnya organ– organ seks yang memungkinkan remaja pria yang berusia sekitar 14– 15 tahun mengalami mimpi basah.
(2) Remaja wanita
Ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium (indung telur). Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon- hormon yang diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada usia 11– 15 tahun, menstruasi pertama sering ditandai dengan sakit kepala, sakit pinggang, kadang kejang, lelah, depresi dan mudah tersinggung.

(b)      Perkembangan Psikis
1. Aspek Intektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang mungkin berubah.  Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan kontrafaktual, yang nantinya  akan  memberikan  peluang  pada  individu  untuk  mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.



2. Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan lain-lain.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.  Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja, diantaranya :

Di Lingkungan Keluarga
  • Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya
  • Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua)
  • Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
  • Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau  kelompok

Di Lingkungan Sekolah
  • Bersikap respek dan mentaati peraturan
  • Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
  • Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
  • Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain
  • Berprestasi di sekolah

Di Lingkungan Masyarakat
  • Respek terhadap hak-hak orang lain
  • Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau  orang lain
  • Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang  lain
  • Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan  masyarakat.

3.         Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18– 21 tahun).
Pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah) mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar). Tapi sebaliknya, jika seorang remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja bisa berealisi agresif (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan (melamun, pendiam, senang menyendiri, meminum miras dan narkoba).





4.         Aspek Bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.  Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu, menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis, etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh remaja lebih sempurna serta perbendaharaan kata lebih banyak. Kemampuan menggunakan bahasa ilmiah mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog seperti ilmuwan.

5.         Aspek Moral
Perkembangan moral pada remaja menurut teori Kohlberg menempati tingkat III: pasca konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada tahap ini remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan kesopanan dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial.
Selain itu peranan orang tua sangat penting. Dalam membantu moral remaja, orang tua harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap terbuka serta dialogis, tidak otoriter atau memaksakan kehendak.

6.         Aspek Agama
Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin matang, kemampuan berfikir abstrak memungkinkan remaja untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragama serta mengapresiasikan kualitas keabstrakan Tuhan.






2.6            Proses Perkembangan
1.           Perkembangan motor (fisik) siswa
Terdapat empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya. Keempat faktor itu sebagai berikut:
a)       Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf. Pertumbuhan dan perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan menibulkan pola tingkah laku yang baru. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem syaraf seorang anak akan semakin baik dan beragam pula pola-pola tingkah laku yang dimilikinya. Akan tetapi organ sitem syaraf ini lain dari yang lain, karena apabila rusak tidak dapat diganti atau tumbuh lagi.
b)      Pertumbuhan otot-otot. Otot merupakan jaringan sel-sel yang dapat berubah memanjang dan juga sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki daya mengkerut. Diantara fungsi-fungsi pokoknya adalah sebagai pengikat organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh yang mendistribusikan sari makanan. Peningkatan tegangan otot anak dapat menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaninya. Perubahan ini sangat tampak dari anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tangan yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa.
c)       Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin. Kelenjar adalah alat tubuh yang mengahasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar keringat. Perubahan fungsi dari kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang remaja terhadap lawan jenisnya. Perubahan ini dapat berupa seringnya bekerja sama dalam belajar atau beolah raga, perubahan pola perilaku yang bermaksud menarik perhatian lawan jenis, berubahnya gaya dandanan/penampilan dan lain-lain
d)      Perubahan struktur jasmani. Semakin meningkat usia anak maka akan semakin menigkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skills anak. Pengaruh perubahan fisik seorang siswa juga tampak pada sikap dan perilakunya terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep diri (self-concept) siswa tersebut.

  1. Perkembangan kognitif siswa
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak terdirir dari empat tahapan, diantaranya:
a)       Tahap sensory-motor. Tahap ini terjadi antara usia 0-2 tahun. Intelegensi sensory motor dipandang sebagai intelegensi praktis. Anak pada usia ini belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang mereka perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut.
b)      Tahap pre-oprational. Periode ini terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada tahapan ini anaksudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya yang harus ada dan biasanya ada, walaupun benda tersebut sudah ditinggalkan, sudah tidak dilihat atau sudah tidak pernah diengar lagi. Selain itu seorang anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
c)       Tahap concrete-operational. Tahapan ini terjadi pada usia 7-11 tahun. Dalam tahapan ini seorang anak memperoleh kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Selain itu anak memiliki kemampuan konservsi (kemampuan dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume), penambahan golongan benda (kemampuan dalam memahami cara mengkombinasikan benda-benda yang memiliki kelas rendah dengan kelas atasnya lagi), dan pelipatgandaan golongan benda.
d)      Tahap formal-operational. Usia tahapan ini adalah 11-15 tahun. Pada tahap ini seorang remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitifnya. Yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kemampuan hipotesis, remaja mampu berpikir khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sedangkan dengan memiliki kapasitas prinsip-prinsip abstrak, mereka mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti ilmu matematika.

  1. Perkembangan sosial dan moral siswa
Perkembangan ini merupakan perkembagan kepribadian siswa selakuanggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Proses perkembangan ini berkaitan juga dengan proses belajar. Sehingga konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa disekolahd an keluarga maupun lingkungan yang lebih luas lagi.
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif, adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya. Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa mampu berpikir. Selanjutnya tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka. Selain itu juga sulit untuk menagka pesan moral yang terkandung dalam pelajran tersebut. Sehingga faidah pengembangan ranah kognitif siswa adalah untuk mengembangkan kecakapn berikut ini:
  1. Mengembangkan kecakapan kognitif
  2. Mengembangkan kecakapan afektif
  3. Mengembangkan kecakapan psikomotor

  1. Perkembangan Bahasa Anak
Untuk bergaul dan berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa, baik dalam bentuk tulisan, percakapan, bahasa isyarat maupun ekspresi wajah.  Untuk berkomunikasi secara efektif prlu memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Nilai-nilai tersebut harus diberikan sedini mungkinagar tertanam hal-hal mana yang baik dan buruk, yang boleh atau tidak boleh dilakukan, bagaimana bersilap dan bertutur kata yang baik terhadap orang lain. Pembelajaran nilai-nilai tersebut harus dengan contoh yang konkret agar mudah difahami anak.
Perkembangan Bahasa yaitu bentuk komunikasi manusia merupakan yang paling sempurna daripada binatang, karena manusia dapat melakukannya melalui berbagai sarana dan prasarana yang ada. Tiap individu dituntut untuk memiliki kemampuan menyatakan atau mengekspresikan pikirannya dan menangkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi menjadi efektif. Anak-anak lebih dapat mengerti aa yang dikatakan orang lain daripada mengutarakan pikiran dan perasaan mereka dengan kata-kata.
Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara seperti alat bicara dan pertumbuhan/perkembangan otak, anak semakin jelas dalam mengutarakan kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasa. Hal itu tidak lepas ari pengaruh lingkungan, terutama orang tua atau keluarga. Anak yang selalu mendapat motivasi positif akan terpacu untuk mengembangkan potensi bicaranya.

  1. Perkembangan Agama
Menurut Zakiah Darajat (dalam Martini Jumaris), agama sebagai dari iman, pikiran yang diserapkan oleh pikiran, perasaan, dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap. Agama merupakan pengarah dan penentu sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Awalnya anak-anak mempelajari agama berdasarkan contoh baik di rumah maupun di sekolah. Bambang Waluyo menyebutkan dalam artikelnya bahwa pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaitu : 1. Aspek pembentukan kepribadian (yang ditujukan kepada jiwa), 2. Pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran) . Metode yang digunakan dalam pembelajaran harus berkaitan erat dengan dimensi perkembangan motorik, bahasa, social, emosional maupun intelegensi siswa. Untuk kelas rendah dapat menggunakan metode bercerita, bermain, karyawisata, demonstrasi atau pemberian tugas. Untuk kelas tinggi dapat menggunakan metode ceramah, bercerita, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas atau metode lainnya yang sesuai dengan perkembangan siswa.

2.7       Hukum Perkembangan
Pengertian “hukum”, dalam ilmu jiwa perkembangan, tidaklah sama dengan yang biasa dikelanal dalam dunia perundang-undangan peradilan. Adapun yang dimaksud hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia) yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. Adapun macam-macam hukum perkembangan sebagai berikut:
  1. Hukum kodrat Ilahi. Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Karena hiduplah, anak manusia bias berkembang. Sementara kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Alah.
  2. Hukum mempertahankan diri. Setelah manusia ditakdirkan hidup, lalu ia secara naluriah berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk bias hidup secara singkat bisa dijelaskan bahwa usaha mempertahankan diri, intinya untuk memperoleh keselamatan. Sedang kselamatan, seperti halnya kehidupan, adalah modal pokok bagi pelaksanaannya proses perkembangan. Sekali lagi usaha mempertahankan diri merupakan sifat naluriah manusia. Tujuan pokoknya, agar ia selamat dan hidupnya berkelanjutan.
  3. Hukum pengembangan diri. Ketika seorang anak berhasil mempertahankan diri, bersamaan itu muncul pula hasrat insaniahnya untuk mengembangkan segala potensi yang dibawah sejak lahir.
  4. Hukum masa peka. Masa peka yang dimaksud ialah: suatu masa dimana sesuatu “fungsi”  demikian baik perkembangannya, karena itu harus dilayani dan diberi kesempatan sebaik-baiknya.
f.Hukum tempo perkembangan. Berlangsungnya perkembangan pada anak yang satu, belum tentu sama dengan anak yang lain. Ada anak yang dalam perkembangannya kelihatan serba cepat, dan ada pula yang berlangsung amat lambat.
  1. Hukum irama perkembangan. Hukum ini menyatakan bahwa, bahwa berlangsungnya perkembangan itu tidak selalu “ajeg” , konsisten dan merata pada setiap waktu. Kadang-kadang suatu proses perkembangan berjalan lancar, tapi ada pula dari keadaan biasa kemudian melonjak cepat, untuk akhirnya kembali biasa lagi atau turun.
  2. Hukum sifat perkembangan. Menurut stone, perkembangan pribadi manusia itu jika diamati dengan sungguh-sungguh akan tampak adanya sifat-sifat sebagai berikut: stabil, sensitive, aktif, teratur dan kontinyu.
  3. Hukum kesatuan organis Dalam garis besarnya. Dalam diri manusia terdapat dua jenis organ yaitu fisik dan psikis, raga dan jiwa, atau jasmani dan rohani.

2.8       Beberapa Problem Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran Siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran tidaklah selalu berjalan mulus sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang hendak dicapai, banyak kritik-kritik tajam yang menghambat tercapainya perencanaan dan tujuan yang telah kita tetapkan, diantaranya mahasiswanya sendiri sebagai masukan masih mentah, hambatan juga ada pada tenaga pengajar dan sistemnya, sarana dan administrasi pendidikannya.
a)     Masalah di perguruan  Tinggi Penetapan SKS di perguruan tinggi menghadapi beberapa masalah antara lain kurangnya pengertian mengenai pengalihan kurikulum, kekeliruan dalam penjabaran kurikulum, belum adanya konsep sentralisasi, langkanya penasehat akademik, dan pelitnya dosen memberi nilai. Sebagai pengelola fakultas dan jurusan beranggapan SKS adalah suatu sistem yang wujudnya hanya berupa wadah baru dimana semua lama Kuliah sistem lama dimasukkan. Pengertian yang keliru seperti ini tentu saja menimbulkan masalah, karena sistem lama yang lima tahun tidak mungkin dituangkan dalam suatu wadah yang hanya empat tahun dan hanya memiliki maksimal 160 kredit.
b)    Masalah sentralisasi Masalah sentralisasi juga merupakan hambatan yang mungkin tak tersadari. Dalam pelaksanaan di lapangan SKS yang masih agak asing dapat menimbulkan berbagai masalah, yang paling mencolok diantaranya adalah penasehat akademik. Dalam SKS mahasiswa harus mengisi KRS pada waktu pendaftaran. Pengisian KRS dibimbing oleh seorang penasehat akademik yang bertugas pula untuk memberi penerangan mengenai Segala peraturan akademik yang ada, disamping tugas memonitor perkembangan yang dibimbingnya.
c)     Masalah berbagai segi
  • Dari segi mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa yang duduk dibangku perguryan tinggi rata-rata berusia antara 18-23 tahun, dan kebanyakan mereka berasal dari golongan masyarakat yang ekonominya pas-pasan, kemudian ditambah lagi dengan proses penyelenggaraan pendidikan di SMA mereka yang kurang menunjang atau kurang berhubungan dengan studinya diperguruan tinggi, latar belakang mahasiswa yang demikian jelas merupakan salah satu hambatan dalam pelaksanaan SKS.
  • Dari segi pengajar. Ditinjau daru sudut kualitas dan kuantitas, staf pengajar yang  ada di PTN dan PTS yang ada sekarang ini, nampaknya masih kurang memadai. Apalagi dilihat dari tingkat keaktifan pengajar dalam memberikan kuliah yang keganyakan masih dibawah standar yang ideal dalam pelaksanaan SKS, yakni keaktifan pengajar dalam memberikan kuliah satu semester missal: masih dibawah 10 kali perminggu.
  • Dari segi sarana dan administrasi pendidikan Kekurangan cara untuk pembiayaan pengadaan sarana dan administrasi memang merupakan keluhan tradisional yang sering kita dengar dibeberapa PTS maupun PTN, sehingga tak mengherankan jika sarana fisik, seperti perpustakaan, laboratorium, kekurangan ruang kuliah, maupun fasilitas lain. Merupakan salah satu hambatan dari kelancaran dan keberhasilan dari pelaksana SKS.

2.9       Solusi Bagi Problem Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran Siswa
1)    Menyediakan bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa. Seperti kita ketahui diatas, usia mahasiswa rata-rata masih muda, belum mempunyai pemikiran yang dewasa dan mengetahui seluk-beluk proses belajar yang baik di perguruan tinggi, untuk ini lperan ” Bimbingan dan Penyuluhan” bagi mahasiswa di Perguruan tinggi mempunyai peran yang besardidalam menunjang kelancaran dan keberhasilan penerapan SKS.
2)    Meningkatkan kuantitas maupun kualitas pengajar. Untuk menupang suksesnya penerapan SKS, nampaknya peningkatan-peningkatan kuantitas staf pengajar sampai mendekati rasio yang ideal dengan jumlah mahasiswa perlu mendapat perhatian. Adapun untuk meningkatkan kualitas staf pengajar, usaha-usaha yang sudah ada seperti program akta mengajar, penataran-penataran perlu terus menerus ditingkatkan dan disempurnakan.
3)    Sarana dan administrasi pendidikan. Sarana dan administrasi pendidikan ini tidak saja perlu kelengkapan yang memungkinkan pelayanan mahasiswa dengan lancer, cepat dan teratur, tapi juga perlu ditata alokasi penggunaan yang sebaik mungkin, sehingga penggunaan biaya untuk sarana dan administrasi tersebut dapat berjalan efektif  dan efisien.

2.10     Tugas-Tugas Perkembagan Pada Masa Belajar
1)    Tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak 0- 6 tahun. Belajar : berjalan, berbicara, makan, mengenal perbedaan pria wanita, kestabilan jasmani ,memebentuk konsep, hubungan emosional dengan orang tua, mengadakan hubungan baik dan buruk
2)    Tugas perkembangan pada masa sekolah 6 – 12 tahun. Belajar: ketrampilan fisik, sikap sehat, bergaul, eksistensi diri, membaca, menulis, berhitung, mengembangkan konsep sehari-hari, mengembangkan kata hati, memperoleh kebebasan pribadi, mengembangkan sikap positif terhadp kelompok sosisal
3)    Tugas perkembangan masa remaja dalam kaitanya dengan masa belajar.
Menurut Wiliam Kay
  • Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya
  • Mencapai kemandirian emosional
  • Belajar bergaul secara individula dan kelompok (komunikasi minterpersonal)
  • Menemukan idola
  • Menerima keadaan dirinya dan percaya diri
  • Memperkuat pengendalian diri
  • Mampu meninggalkan sifat kekanak-kanakan
  • Menurut Luella Cole
  • Kematangan emosional
  • Pemantapan minat heteroseksual
  •  Kematangan social
  • Memilih pekerjaan/karir
  • Memiliki filsafat hidup
Identifikasi diri menurut Havigrus :
  • Mencapai hubungan lebih matang dengan teman sebaya
  • Mencapai peran sosial wanita atau pria
  • Menerima keadaan fisik dan menggunkan secara efektif
  • Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
  • Memilih dan mempersiapkan karir
  • Mempersipakan pernikahan dan hidup keluarga
  • Mengembangkan ketrampilan intelektual
  • Mencapai tingkah laku yang bertangung jawab secara social
  • Memperoleh seperangkat nilai dan norma dalam bertingkah laku
  • Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME

BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Dari makalah ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
  1. Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju.
  2. Perkembangan fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting dan ditandai dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga individu tersebut bisa bereproduksi dengan baik.
  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu aliran nativisme, aliran empirisme danaliran konvergensi.
  4. Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
  5. Beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa yaitu masalah di perguruan  tinggi, masalah sentralisasi masalah berbagai segi serta masalah lain seperti : dari segi mahasiswa, dari segi pengajar, dari segi sarana dan administrasi pendidikan .
  6. Solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa  yaitu menyediakan bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa, meningkatkan kuantitas maupun kualitas pengajar dan sarana dan administrasi pendidikan.
3.2       Saran
Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT penulis dapat  menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari harapan, oleh karena itu penulis masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen.  Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis, terutamanya :
  1. Bagi remaja hendaknya mengetahui dan mempelajari tugas-tugas perkembangan dengan baik. Sehingga bisa menerapkan tugas-tugas perkembangan tersebut dengan sebaik-baiknya.
  2. Bagi orang tua dan , hendaknya mengontrol tugas-tugas perkembangan anak yang belum diselesaikan dan membimbing, mengarahkan serta mengantarkan ke arah yang lebih positif.
  3. Masyarakat hendaknya menjadi kontrol sosial bagi para remaja yang mengalami degradasi moral
Perkembangan Peserta Didik
Sunday, 30. May 2010, 06:29
Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan mengacu pada bagaimana seorang tumbuh, beradaptasi, dan berubah disepanjang perjalanan hidupnya. Orang tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional (sosial dan emosi), perkembangan kognitif (berpikir), dan perkembangan manusia menurut teori Piaget (kognitif dan moral) serta teori perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky. Setidaknya ada lima faktor yang dapat memengaruhi kinerja peserta didik kita, yaitu lingkungan keluarga, atmosfer persekawanan, sumber daya sekolah, kecerdasan yang berasal dari dalam diri sendiri, dan aksesibilitas pencapaian informasi.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :

1.Aspek Paedogogis.
Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan.


2.Aspek Sosiologi dan Kultural.
Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.
3.Aspek Tauhid.
Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk yang beragama).
Sedangkan Karateristik peserta didik meliputi perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan perkembangan intelektual/mental. Perkembangan intelektual peserta didik melalui empat tahap yaitu sensorimotor, praoperasi, operasi konkrit, dan operasi formal.
Perkembangan Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam. Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam hal ini anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan dan faktor kematangan ( internal ). Dalam proses perkembangan seseorang, ada beberapa aliran yang menjelaskan tentang teori perkembangan, antara lain :
Aliran Nativisme.Dalam aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa ( Arthur Sckonenhauer : 1788 – 1860 ). Faktor pembawaan ini bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar. Faktor inilah yang akan membentuk kepribadian manusia.2. Aliran Empirisme Pada aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata tergantung pada lingkngan dengan pengalaman pendidikannya ( John Locke ). 3. Aliran KonvergensiAliran ini adalah gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme.



































Tidak ada komentar:

Posting Komentar